Namun karena kesibukan mereka, Jumadi jarang dijenguk oleh ketiga anaknya.
"Jarang untuk menyambangi ke sini, mungkin juga sedang sibuk (kerja)," ungkapnya.
Baca juga: Kisah Pilu Guru Tinggal Bersama Kambing dan Keluarga di Gubuk, Gaji per Bulan Cuma Rp 350 Ribu
Dapat Bantuan
Jumadi tak bisa berbuat banyak untuk mencari nafkah lantaran usianya yang tidak lagi produktif.
Namun, ia bersyukur lantaran tetangganya kerap membantu untuk sekadar memberi makanan.
Jumadi merupakan keluarga penerima manfaat bantuan sosial dari pemerintah di lingkungan setempat.
Bantuan juga diterima Rehan untuk dapat gratis bersekolah dengan fasilitas antar jemput.
Dengan bantuan itu, Jumadi berharap Rehan tetap mengenyam pendidikan agar kelak mendapatkan kesuksesan.
"Rehan dapat sekolah gratis, setiap hari dijemput dan diantar pulang sama gurunya."
"Kalau sekarang yang penting bisa makan, kalau Rehan penginnya bisa sekolah terus biar sukses," harapnya.
Bakal Direlokasi
Terpisah, Kemenag Lumajang telah melihat kondisi Jumadi dan siap memberikan bantuan untuk memperbaiki rumahnya,
Perhatian tersebut diungkapkan oleh penyelenggara Zawa Kemenag Lumajang, Hidayatullah.
"Kita dari Kemenag siap untuk membantu merehab rumah bapak Jumadi," ujarnya.
Tetapi, bantuan tersebut harus menunggu hasil koordinasi dengan pihak desa dan badan amil zakat.
Beruntung, niat baik itu disambut baik oleh Jumadi yang bersedia direlokasi ke tempat yang lebih layak.
"Tadi beliau mengutarakan bersedia jika direlokasi ke tempat yang lebih layak," pungkas Hidayatullah. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Kakek dan Anaknya Tinggal di Gubuk Bekas Pembuatan Nira, Kemenag Lumajang: Bersedia Direlokasi