Sebut saja Lucao, Boubakary Diarra dan Gali Freitas yang sukses memberikan warna di lini belakang, tengah dan depan PSIS Semarang.
Tak berhenti disitu saja, PSIS Semarang juga memanfaatkan paruh musim untuk berbenah mengevaluasi kekurangan putaran pertama.
Nama-nama tenar lain seperti Barnabas Sobor dan Evan Dimas sukses direkrut.
Hal ini tentu kontras dengan apa yang dilakukan Persis Solo.
Persis Solo mayoritas mempertahankan komposisi skuad yang mirip dengan musim lalu.
Mereka hanya menambah beberapa kekuatan seperti di lini depan dengan menggaet Moussa Sidibe, Roni dan terkini Sho Yamamoto.
Dan di lini belakang nama Diego Bardanca menjadi rekrutan Persis Solo rekan duet Jaimerson.
Sayang, sejauh ini, konsistensi Moussa Sidibe, Roni dan Diego Bardanca yang dipertahankan justru alami penurunan performa.
Kritik pun kerap melanda ketiga pemain Persis Solo tersebut.
Di tambah, pada paruh musim tak berbelanja pemain hanya menutupi lubang slot asing yang ditinggal Fernando Ortega membuat Persis Solo kini merasaka tuah buruknya.
Bisa dikatakan, tak banyaknya perubahan yang dilakukan Persis Solo secara komposisi sejak musim lalu membuat lawan sudah mengetahui cara main Laskar Samber Nyawa yang akhirnya berdampak pada deadlock nya performa mereka.
Lebih lanjut, sang pelatih kepala, Leonardo Medina sudah diistirahatkan dari kursi kepelatihan Persis Solo jelang laga kontra Persebaya Surabaya lalu.
Solusi terdekat satu-satunya Persis Solo hanyalah mendatangkan pelatih kepala dengan rekam jejak jelas dan memiliki kemampuan pendekatan baik dengan para pemain di sisa kompetisi.
Agar chemistry cepat dapat terjalin, dan misi menjauh dari zona degradasi terealisasi.
Baca juga: Leonardo Medina Fix Out dari Persis Solo, Gantinya Duplikat Arema, PSM-RANS Nusantara? Ini Buktinya
Persijap Jepara dan PSCSC Cilacap