TRIBUNWOW.COM - Aplikasi Telegram sudah tak asing lagi bagi banyak warga Israel yang kerap menggunakannya untuk transaksi gelap narkoba.
Dikutip TribunWow.com dari Wired.com, Telegram juga menjadi media sosial yang netral di mana pers yang terus menerus mendapatkan tekanan dari pemerintah.
Sehingga banyak warga Israel yang beralih ke Telegaram untuk mencari sumber berita alternatif.
Baca juga: Di Tengah Konflik Israel Vs Hamas, Kabinet Perang Netanyahu juga Terpecah dan saling Tak Percaya
Kini perannya pun kembali banyak disorot saat perang Israel vs Hamas kembali meletus.
Akibatnya, terjadi lonjakan pengguna baru di Israel dengan aktivitas peningkatan yang signifikan.
"Ratusan ribu orang mendaftar Telegram dari Israel dan WIlayah Palestina," ujar pendiri Telegram Rusia Paveel Durov.
Selain itu aplikasi ini juga didukung dalam bahasa Ibrani dan Arab.
"Setiap orang yang terkena dampak harus memiliki akses yang dapat diandalkan dalam berita dan komunikasi pribadi di masa sulit ini," tambahnya.
Baca juga: AS Minta Israel Waspada saat Serangan, Bedakan antara Warga Sipil dan Hamas setelah Korban Meningkat
Dalam saluran Telegram, banyak informasi baik soal korban, persenjataan, militer hingga serangan yang diunggah dalam bentuk video.
"Ketika Hamas memasuki Israel, serangan digital juga terjadi," kata Benjakob pasukan IDF Israel.
Persenjataan Telegram memainkan peran kunci dalam serangan psikologis ini, menurut sumber.
Kurangnya moderasi konten yang kuat di platform ini, ditambah dengan banyaknya saluran dan grup publik, memungkinkan konten menjangkau jutaan orang dengan cepat.
Bahkan Apple dan Google mulai membatasi beberapa saluran terkait Israel dan Hamas.
Namun Telegram menolak untuk memblokir saluran penyebaran konten ektrem terkait perang.
Baca juga: Detik-detik Juru Bicara Hamas Marah dan Keluar dari Wawancara setelah Dapat Pertanyaan Ini
Dalam postingan di saluran publiknya pada tanggal 13 Oktober, Durov menyinggung kesulitan dalam menjaga ketertiban dalam suatu konflik.