Onim bersama istrinya yang merupakan warga Palestina serta tiga anak mereka hanya bisa berlindung di rumah sejak serangan dimulai pada Sabtu.
Ketika eskalasi konflik pecah, dia langsung meminta saudara iparnya untuk membeli bahan makanan seperti roti, beras, telur, tomat, timun dan lain-lain. Banyak warga mengantre untuk membeli bahan-bahan makanan.
“Untuk bahan makanan [kami menyetok] untuk empat hari, kalau lewat empat hari nanti masih terjadi peperangan, ya kami tawakal saja, mudah-mudahan ada jalan,” kata Onim.
Baca juga: Tanggapan Dunia soal Konflik Israel Vs Hamas setelah Adanya Serangan Mendadak, Termasuk Indonesia
Sampai Minggu pagi waktu setempat, ketika Onim mengirim pesan suara kepada BBC News Indonesia, dia masih mendengar suara-suara ledakan bom, diikuti oleh bunyi sirene ambulans.
Ketiga anaknya yang berusia 11 tahun, sembilan tahun, dan lima tahun, dibuat menangis dan ketakutan oleh suara ledakan bom dan rudal yang terjadi.
“Walaupun mereka sudah terbiasa dengar dentuman bom, suara pesawat, mereka pasti bertanya. Kemarin, saya ditanya oleh Bahari [anak bungsu Onim], ‘Abi apakah besok ada suara bom lagi?’ Saya jawab, ‘Insya Allah besok aman, Allah selalu bersama kita’,” jelas Onim meskipun di dalam hatinya, dia tidak tidak tahu sampai kapan situasi ini akan bertahan.
“Sampai detik ini, tanggal 8 Oktober 2023 jam 7.20 pagi [waktu Palestina], suara dentuman bom, eskalasi itu semakin meningkat. Pejuang Gaza melontarkan rudal, kemudian dibalas Israel dengan melontarkan rudal juga ke titik-titik tertentu,” katanya.
Melalui grup-grup di media sosial dan pesan singkat yang dia ikuti, Onim mengatakan bahwa berseliweran kabar soal jatuhnya ratusan korban jiwa dan runtuhnya bangunan akibat serangan rudal.
Listrik di wilayah Gaza juga mati. Onim bertahan memanfaatkan sumber listrik dari panel surya yang dia miliki.
Sampai situasi dirasa cukup aman, Onim dan keluarganya tidak berani beraktivitas di luar rumah.
“Kami benar-benar tidak bisa ke luar rumah, kami khawatir terkena serpihan bom,” tuturnya.
“Di luar sana masih dihujani rudal.”
Situasi ini telah menghambat kegiatan Onim, yang semestinya menyerahkan bantuan pangan dan obat-obatan ke rumah sakit di Gaza.
Dia juga khawatir situasi ini akan memperburuk krisis pangan, air bersih, dan obat-obatan yang selama ini juga telah terjadi di wilayah Gaza.
Obat-obatan di RS Indonesia Gaza 'menipis'