Menurutnya ada kemungkinan debu kasar bisa turun, namun debu halus justru malah akan bertambah.
Baca juga: Warga di India Gelar Kampanye Hapuskan Larangan Bersepeda untuk Dukung Program Anti-polusi
Pasalnya kandungan dari air dan mineral yang ada dalam kandungan penyemprotan itu.
"Debu kasar PM10 (mungkin) bisa turun tp ga signifikan
Debu halus PM2.5 bukan turun tp nambah karena aerosolization dr air yg disemprot & kandungan mineral di dalamnya," tambahnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Dokter Spesial Paru, Erlina Burhan.
Melalui Twitter, Erlina Burhan mengatakan bahwa tindakan Polda Metro Jaya tak efektif.
"Pertama, saya tentu menghargai upaya yang dilakukan. Tapi menurut saya ini kurang efektif ya, karena partikel polutan yang berada di ketinggian itu tidak semua terjangkau," kata Erlina Burhan.
Dokter yang viral saat Covid-19 itu menambahkan lebih efektif jika menggunakan hujan buatan.
Itupun hanya berdampak sementara bagi kualitas udara Jakarta yang sangat buruk.
Ia mengatakan alasan penyemprotan di jalan adalah pilihan yang buruk.
Baca juga: Warga di India Gelar Kampanye Hapuskan Larangan Bersepeda untuk Dukung Program Anti-polusi
"Studi yang dilakukan di Tiongkok menunjukkan bahwa menyemprot jalan dengan air justru meningkatkan, bukan menurunkan, konsentrasi PM2.5, sehingga merupakan sumber baru aerosol antropogenik dan polusi udara," tambahnya.
Sementara itu, dikutip dari TribataNews, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes. Pol. Trunoyudo mengatakan kegiatan penyemprotan itu juga sebagai pengecekan dari pihak kepolisian.
"Polri khususnya Polda Metro Jaya melakukan kesiapan dengan pengecekan kendaraan Taktis Water Canon dan kemudian melakukan penyemprotan jalan protokol Guna mengurangi dampak polusi udara di Jakarta," katanya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengatakan satu di antara penyebab buruknya polusi udara adalah jumlah kendaraan bermotor di Jakarta.
Saat ini ada 23 unit kendaraan di Jakarta dan meningkat tiap tahunnya.