Pilpres 2024

Wacana Duet Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024 Sulit Terwujud? Pengamat: Kemungkinan yang Tidak Mungkin

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Tengah sekaligus calon presiden (capres) Ganjar Pranowo bertemu dengan capres lain yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto di Solo, Senin (24/7/2023).

Menurut dia, dalam politik, opsi atau pilihan selalu dibuka sebagai pintu masuk berkomunikasi dan bersilaturahmi.

Namun, akan selalu ada kepentingan yang dipegang teguh dalam setiap pertemuan politik tertentu.

Lebih jauh, Hendrawan meyakini pertemuan-pertemuan bakal capres yang terjadi saat ini memberi sinyal bahwa perhelatan Pilpres 2024 akan berjalan damai.

"Pertemuan para bacapres tersebut memberi sinyal bahwa kontestasi 2024 akan berjalan damai dan penuh persahabatan. Akan beda dengan politik gontok-gontokan yang pernah mewarnai Pilkada DKI (2017) atau Pilpres 2014 dan terutama 2019," imbuh Hendrawan.

Baca juga: Ketika Presiden Jokowi Goda Prabowo dan Erick Thohir di Depan Pedagang, sampai Tersenyum Malu

Kemungkinan yang Tidak Mungkin

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengatakan duet Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Ganjar sangat tidak mungkin dan sangat rumit.

Adi mempersoalkan pihak mana yang mau rela menjadi sosok cawapres dalam wacana tersebut.

"Ya soal duet antara Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo, ini adalah soal kemungkinan yang tidak mungkin. Sangat rumit lah persisnya. Terutama soal siapa yang harus menjadi cawapres. Soal siapa yang harus menjadi orang nomor 2," ujar Adi saat dihubungi, Selasa (25/7/2023).

Adi menjelaskan, PDIP sudah jelas tidak mau mengambil posisi nomor 2.

Apalagi, mengingat PDIP merupakan partai pemenang di Pileg 2019 lalu.

Dia menyebut PDIP pasti tidak mau berada di bawah kendali Gerindra yang suaranya kalah jauh pada 2019 lalu.

"Sekalipun PDIP itu elektabilitas partainya, perolehan partainya 2019 yang lalu lebih unggul ketimbang Gerindra, tapi saat ini pada level elektabilitas ya Ganjar masih di bawah Prabowo Subianto. Kalahnya memang tidak signifikan, hanya sebatas 1 persen," tutur dia.

"Ya kalah 1 pesen ini masih dalam margin of error di mana sangat mungkin di kemudian hari Ganjar akan unggul," sambung Adi.

Selain itu, Adi menilai kerumitan juga akan terjadi pada kalkulasi partai dan kalkulasi elektabilitas capres.

Jika melihat dua aspek tersebut, kata Adi, maka duet Ganjar-Prabowo maupun Prabowo-Ganjar sulit terwujud.

Halaman
1234