"(Penggunaan rambu lalu lintas) itu sudah kita kaji. Itu turun (angka kecelakaan turun). Itu orang perhatiin. Bukannya orang tidak perhatikan," jelasnya.
Penggunaan reflektif itu cukup efektif untuk menurunkan kecelakaan lalulintas.
Dengan biaya tidak sebesar pembuatan clear area atau pembangunan rest area, penambahan rambu-rambu ini cukup efektif.
"Apalagi di KM itu (475-490), rambu-rambu nggak banyak juga. Itu minim rambu kurangi kecepatan," katanya.
Diketahui, kecelakaan di ruas tol Boyolali terus meningkat.
Jika selama setahun lalu hanya ada 9 korban meninggal dunia di tol Semarang-Solo, tahun ini jumlah lebih banyak lagi.
Baru 4 bulan saja, total sudah 16 nyawa melayang.
Dalam 10 tragedi kecelakaan dari Januari hingga April ini juga, terdapat 4 korban luka berat dan 17 korban luka ringan.
Baca juga: Ini Penyebab Macetnya Tol Cipali, Ternyata Kecelakaan Truk Pengangkut Buah, Tampak Muatan Berserakan
Disebut Area Black Link
Sebelumnya, Kasat Lantas, AKP M. Herdi Pratama, mewakili Kapolres Boyolali, AKBP Petrus Parningotan Silalahi berulang kali menyampaikan jika tol Semarang-Solo di Boyolali ini masuk wilayah rawan kecelakaan.
"Jalur tol di Boyolali jalur tengkorak saya bilang. Black link. Biar apa, biar orang tau, kalau saya masuk Boyolali saya harus lebih hati-hati, saya cek semua kesiapan saya, baik kendaraan maupun fisiknya saya," tegas Herdi.
Untuk diketahui, black link berarti ruas jalan di tol yang termasuk dalam kategori paling rawan kecelakaan.
Black link adalah area pada ruas tertentu yang patut diwaspadai pengendara.
Polisi melanjutkan,Boyolali merupakan area lelah bagi pengemudi.
Pengemudi kendaraan via tol kalau sudah masuk Boyolali merasa nanggung.