Polisi Tembak Polisi

Temukan 3 Kejanggalan, Hakim Marahi Ferdy Sambo: Dari Tadi Cerita Saudara Tidak Masuk Akal

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua majelis hakim Wahyu Iman Santoso memimpin sidang kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Senin (21/11/2022).

TRIBUNWOW.COM - Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santoso mengonfrontasi Ferdy Sambo terkait sejumlah kejanggalan dalam pengakuannya.

Dilansir TribunWow.com, Wahyu menilai penuturan Ferdy Sambo soal kronologi eksekusi Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J tidak masuk di akal.

Pasalnya, kesaksian tersebut dinilai bertentangan dengan fakta-fakta dan keterangan dari saksi lainnya.

Baca juga: Bharada E Geleng Kepala Dengar Pengakuan Ferdy Sambo soal Penembakan Brigadir J, Merasa Dijebak?

"Dari tadi saya perhatikan cerita saudara itu tidak masuk di akal. Dengan bukti-bukti yang ada, enggak masuk di akal," tegas hakim Wahyu dikutip kanal YouTube KOMPAS TV, Rabu (7/12/2022).

Menurut hakim, Ferdy Sambo mengatakan istrinya, Putri Candrawathi, sedang sakit.

Hal ini bertentangan dengan bukti yang terlihat di CCTV rumah pribadinya di Saguling, Jakarta Selatan, di mana Putri tampak baik-baik saja.

"Pertama tadi disampaikan, istri saudara mengatakan sakit, nyatanya pada saat turun dan melakukan swab di dalam CCTV yang ada di rumah saudara itu tidak menunjukkan bahwa dirinya sakit," tutur hakim.

"Dan kalaupun toh sakit, dia cukup punya uang pergi ke RS. Itu yang pertama," imbuhnya.

Kemudian, hakim menyinggung mengenai momen Putri dan ajudannya hendak isolasi mandiri di rumah Duren Tiga.

Menurut hakim, tidak mungkin Ferdy Sambo tidak tahu siapa saja yang akan mendampingi istrinya saat isolasi mandiri.

"Itu satu hal yang tidak masuk akal, kenapa tidak masuk akal? Ketika mereka berangkat dari Magelang itu ada Kuat, ada terdakwa Eliezer, ada Susi dan Istri saudara. Di belakangnya baru ada Ricky Rizal (Bripka RR) dan Yosua (J)," ujar hakim.

Sementara, ART Ferdy Sambo, Susi, tak ikut isolasi seperti yang lain, padahal sama-sama baru datang dari Magelang, Jawa Tengah.

"Jadi sangat lucu kalau tadi saudara mengatakan 'Saya tidak tahu siapa yang mau diajak'."

Kolase potret Hakim Ketua Majelis kasus Brigadir J, Wahyu Iman Santoso (kiri) dan Ferdy Sambo, Kamis (8/12/2022). (PN Jaksel via TribunnewsWiki.com, Tribunnews/Jeprima)

Baca juga: 30 Tahun Pengabdian Hancur Gara-gara Ferdy Sambo, Eks Kabag Gakkum Polri Menangis: Jenderal Kok Tega

Kemudian, Ferdy Sambo mengaku hendak pergi ke rumah singgahnya di jalan Bangka, Jakarta Selatan untuk bersiap hendak bermain bulu tangkis.

Ia mengatakan berniat meminta keterangan dari Brigadir J pada malam hari setelah melakukan kegiatan tersebut.

Namun emosinya tersulut saat melihat Brigadir J di depan gerbang TKP rumah Duren Tiga, Jakarta Selatan dan baru memutuskan untuk menemui sang ajudan.

Rupanya, hal ini berbeda dengan keterangan saksi dari patwal, serta eks ajudan Ferdy Sambo, Prayogi dan Adzan Romer.

"Kemarin Prayogi, Adzan Romer dan Patwal itu tidak mengatakan bahwa kejadiannya seperti itu," tukas hakim.

"Sangatlah janggal keterangan saudara dengan fakta-fakta yang ada."

"Saya sering mengatakan saya tidak butuh pengakuan, tapi karena saudara di sini disumpah tolong ceritakan apa adanya," tandasnya.

Baca juga: Reaksi Ferdy Sambo saat Bharada E Berani Lantang Membantah Kesaksiannya di Sidang Brigadir J

Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:

Kesaksian Ferdy Sambo

Terdakwa Ferdy Sambo membeberkan kronologi kejadian penembakan ajudannya, mendiang Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.

Dilansir TribunWow.com, insiden penembakan tersebut berlangsung di rumah dinas Kadiv Propam Polri di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022).

Adapun dalam keterangannya, Ferdy Sambo mengaku sempat menghentikan Richard Eliezer alias Bharada E untuk menembak.

Baca juga: Benny Ali Sebut Putri Candrawathi Ngaku Hanya Dipegang, Ferdy Sambo Klaim PC Dirudapaksa Brigadir J

Sebagaimana diketahui, Ferdy Sambo mengaku melakukan pembunuhan akibat perbuatan Brigadir J yang disebut telah merudapaksa istrinya, Putri Candrawathi, sehari sebelumnya di Magelang, Jawa Tengah.

Setelah emosi mendengar cerita sang istri, Ferdy Sambo ditemani ajudannya, Adzan Romer hendak berangkat untuk berolahraga bulu tangkis.

Namun ketika lewat di rumah Duren Tiga dan melihat Brigadir J, emosinya tersulut hingga langsung memutuskan turun dan mengkonfrontir Brigadir J.

Alih-alih mendapat penjelasan, Ferdy Sambo justru merasa seperti ditantang oleh Brigadir J.

"Saya sudah emosi waktu itu, karena mengingat perlakuan Yosua pada istri saya. Saya kemudian berhadapan dengan Yosua. Saya sampaikan kepada Yosua 'kenapa kamu tega sama ibu?" beber Ferdy Sambo dikutip kanal YouTube KOMPASTV.

"Jawaban Yosua tidak seperti yang saya harapkan. Dia malah menanya balik 'Ada apa komandan?' Seperti menantang."

Momen dimana terdakwa Ferdy Sambo saat akan menghadiri sidang lanjutan di persidangan pembunuhan berencana Brigadir Nofriansah Yosua Hutabarat (Brigadir J) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (8/11/2022). (Warta Kota/YULIANTO)

Baca juga: 3 Minggu Dihantui Bayangan Brigadir J, Bharada E Akhirnya Berani Ungkap Skenario Ferdy Sambo

Berbeda dengan kesaksian Bharada E yang mengaku disuruh menembak, Ferdy Sambo menyebut hanya meminta bawahannya tersebut untuk menghajar Brigadir J.

Ia juga sempat lupa mengenai detail kejadian dan hanya ingat sempat mengatai Brigadir J 'kurang ajar'.

"Saya kemudian lupa, tidak bisa mengingat lagi. Saya bilang 'Kamu kurang ajar'.Saya perintahkan Richard untuk 'Hajar Chad! Kamu hajar, Chad!' Kemudian ditembaklah Yosua, sambil maju sampai roboh, Yang Mulia," ungkap Ferdy Sambo.

"Itu kejadiannya cepat sekali, tidak sampai sekian detik karena cepat sekali penembakannya," lanjutnya.

Ferdy Sambo ketika itu mengaku terkejut melihat Brigadir J jatuh berlumuran darah.

Ia pun panik dan mendapat ide untuk menyusun skenario tembak-menembak agar dapat menutupi kejadian tersebut.

"Saya kaget kemudian saya sampaikan 'Stop berhenti!'. Begitu melihat Yosua jatuh kemudian sudah berlumuran darah, saya menjadi panik, saya tidak tahu bagaimana menyelesaikan penembakan ini," ungkap Ferdy Sambo.

"Kemudian saya berpikir dengan pengalaman saya, yang paling memungkin bahwa peristiwa ini penembakkan ini adalah tembak-menembak, akhirinya kemudian saya melihat ada senjata Yosua di pinggang saya ambil dan mengarahkan tembakan ke dinding," tandasnya.(TribunWow.com/Via)

Berita lain terkait