"Mereka ingin anak kita lupa negara asal mereka, lupa identitas mereka," ujarnya.
Kekhawatiran tak hanya dirasakan oleh guru, para orangtua murid merasakan hal serupa.
Iryna (nama samaran) adalah seorang ibu dari bocah berusia 13 tahun yang kini sedang mempersiapkan anaknya untuk sekolah.
Tinggal di Kota Melitopol, Iryna bersama anaknya kini berada di bawah kekuasaan pasukan militer Rusia.
Iryna menyadari kurikulum pelajaran anaknya di sekolah telah berubah sesuai kemauan pemerintah Rusia.
"Saya tidak ingin anak saya menjadi sandera situasi," jelas Iryna.
Baca juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Beri Peringatan ke Tentara Rusia: Selamatkan Nyawa Kalian
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh tim BBC, buku teks pelajaran baru yang diedarkan oleh pemerintah Rusia terdapat materi yang mengajarkan soal peristiwa aneksasi Krimea pada tahun 2014 silam.
Dalam buku pelajaran baru dituliskan Rusia berjuang melindungi Krimea dari nasionalis radikal yang berkuasa karena bantuan negara barat.
Selain itu diajarkan juga sejumlah prestasi yang diraih oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca juga: Iming-imingi Warga Ukraina, Putin Tawarkan Kebebasan Tinggal di Rusia dan Bantuan Uang Bagi Lansia
Iryna kini merasa dilemma antara pergi keluar dari Melitopol demi kebaikan anaknya, namun di sisi lain dirinya enggan pergi meninggalkan rumahnya.
Iryna juga merasa khawatir apabila anaknya tidak pergi ke sekolah dan diam-diam mempelajari kurikulum Ukraina, maka dirinya akan menerima hukuman dari pihak Rusia.
Pemerintah Rusia sendiri telah menjanjikan hadiah sekira Rp 2,5 juta bagi orangtua Ukraina yang mendorong anak mereka untuk pergi bersekolah.
Rasanya Tinggal di Wilayah Kekuasaan Rusia
Sejumlah warga di berbagai daerah Ukraina yang pernah diduduki tentara Rusia membeberkan pengalaman mereka.
Dilansir TribunWow.com, di tengah konflik Rusia vs Ukraina yang memanas, simpang siur informasi makin membingungkan publik.