Konflik Rusia Vs Ukraina

Kewalahan Diserang Ukraina, Rusia Kini Diklaim Mulai Goyah, Invasi Vladimir Putin Gagal?

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah ledakan terjadi di pangkalan militer Saky di Novofedorivka, di pantai barat Krimea pada Selasa (9/8/2022) sore. Terbaru, Rusia diklaim mulai kewalahan hadapi serangan balasan Ukraina, Kamis (11/8/2022)

TRIBUNWOW.COM - Menteri pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan Rusia tidak mungkin berhasil menduduki Ukraina.

Dilansir TribunWow.com, hal ini dikarenakan negara-negara Barat telah menjanjikan 1,5 miliar euro (Rp 22,6 triliun) lebih untuk membantu meningkatkan militer Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.

Menurut Ben Wallace, invasi Presiden Rusia Vladimir Putin telah goyah dan mulai gagal.

Baca juga: China Tuduh AS Ingin Ciptakan Perang Dingin Jilid 2 Lewat Konflik Rusia-Ukraina

Seperti dilaporkan Al Jazeera, Kamis (11/8/2022), pada sebuah konferensi di Kopenhagen, 26 negara setuju untuk memberikan lebih banyak bantuan keuangan dan militer ke Ukraina.

Wallace mengatakan penting untuk memahami bahwa pertempuran dan hilangnya nyawa masih terjadi.

Ia juga menambahkan bahwa Rusia mulai gagal di banyak bidang.

"Invasi mereka telah terus-menerus dimodifikasi sejauh mereka benar-benar hanya fokus di bagian selatan dan timur, sangat jauh dari apa yang disebut operasi khusus tiga hari mereka," kata Wallace.

"Presiden Putin bertaruh pada Agustus mendatang atau beberapa bulan ke depan, kita semua akan bosan dengan konflik ini, dan komunitas internasional akan mempedulikan hal yang berbeda. Nah, hari ini adalah bukti sebaliknya."

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan invasi ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022). (The Telegraph)

Baca juga: Serang Ukraina, Pasukan Vladimir Putin Ternyata Pakai Komponen Barat, Rusia Gunakan Intel hingga AMD

Komitmen itu muncul setelah pemerintah di Kyiv berulang kali meminta Barat untuk mengirim lebih banyak senjata, termasuk artileri jarak jauh.

Adapun pihak Ukraina saat ini mulai aktif melakukan serangan balasan untuk membalikkan keadaan.

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov, yang juga hadir pada pertemuan itu, berterima kasih kepada sekutu Eropa karena telah menjadi mitra yang dapat diandalkan.

"Peningkatan harga gas dan bahan bakar di Barat adalah harga kecil untuk perdamaian. Ukraina membayar perdamaian di seluruh Eropa dengan hidup mereka. Kita harus menang atas negara pembunuh dan merebut wilayah kita, termasuk Krimea. Bagi saya, segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, hanya butuh waktu," cuit Reznikov di akun Twitter pribadinya.

Ukraina mengatakan awal bulan ini bahwa pihaknya telah menerima pengiriman senjata berat presisi tinggi lainnya dari Jerman dan Amerika Serikat.

Moskow, yang menuduh Barat memperpangjang konflik dengan memberi Ukraina lebih banyak senjata, mengatakan sedang melakukan operasi militer khusus di Ukraina untuk menjaga keamanan Rusia dari ekspansi NATO.

Sementara, Ukraina dan sekutunya menuduh Rusia melancarkan perang agresi ala kekaisaran.

Baca juga: Buka-bukaan soal Perang Informasi, Staf Zelensky Sebut Ukraina Perangi Rusia secara Kreatif

Krimea Diserang

Beberapa ledakan sempat terjadi di sebuah pangkalan udara Rusia di semenanjung Krimea pada Selasa (9/8/2022).

Dalam insiden yang menewaskan satu orang ini, awalnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku tidak tahu apa penyebab serangan tersebut.

Dikutip TribunWow dari Skynews, namun belakangan ini diketahui ada keterlibatan pasukan spesial militer Ukraina dalam insiden tersebut.

Baca juga: Tak Peduli Risiko Radiasi, Rusia dan Ukraina Saling Tuding Serang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Info ini disampaikan oleh pejabat senior pemerintah Ukraina.

Pejabat tersebut menjelaskan bahwa pasukan spesial militer Ukraina baru saja menyelesaikan operasi di pangkalan udara milik Rusia di Krimea pada Selasa (9/8/2022) kemarin.

Dilaporkan The Guardian, beberapa video di media sosial menunjukkan ledakan dan asap yang muncul dari pangkalan militer Saky di Novofedorivka, di pantai barat Krimea pada Selasa (9/8/2022) sore.

Hal ini memicu pertanyaan tentang bagaimana lokasi yang lebih dari 100 mil (160 km) dari garis depan bisa diserang.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan kepada kantor berita RIA Novosti bahwa ledakan itu terjadi sekitar pukul 15.20 waktu setempat.

Disebutkan bahwa beberapa amunisi penerbangan diledakkan di area penyimpanan.

Hingga saat ini, pihaknya sedang mencoba mencari tahu penyebab insiden tersebut.

Sejumlah ledakan terjadi di pangkalan militer Saky di Novofedorivka, di pantai barat Krimea pada Selasa (9/8/2022) sore. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial tampak sejumlah turis di pantai ada yang panik dan mengabadikan momen terjadinya ledakan. (BBC.com)

Baca juga: Inggris Dukung Ukraina Rebut Kembali Wilayah Krimea dan Donbas yang Dikuasai Rusia sejak 2014

Dari sejumlah video yang beredar, turis Rusia yang berlibur di pantai terdekat terlihat bergegas pergi dengan ketakutan.

Ini adalah satu dari sedikit kesempatan di Krimea, yang diduduki oleh Rusia sejak 2014, secara langsung ikut terpengaruhi oleh pertempuran saat ini.

Penduduk setempat mengatakan kepada salah satu situs berita Rusia bahwa ledakan berlangsung selama satu jam.

Sergey Aksyonov, kepala Krimea yang ditunjuk Rusia, mengatakan satu orang tewas.

Sebelumnya, dia telah merekam pernyataan video di dekat lokasi, dengan asap membubung di kejauhan, mengatakan bahwa kru ambulans dan petugas medis berada di tempat kejadian.

Sementara itu, dalam pidato malamnya, presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak membahas siapa yang berada di balik serangan itu.

Tetapi ia hanya bersumpah untuk membebaskan Krimea, dengan mengatakan perang Rusia melawan Ukraina dan melawan seluruh Eropa yang merdeka dimulai dengan Krimea dan harus diakhiri dengan Krimea.

"Rusia telah mengubah semenanjung kami, yang selalu dan akan menjadi salah satu tempat terbaik di Eropa, menjadi salah satu tempat paling berbahaya di Eropa," kata Zelensky.

"Tapi kami akan kembali ke Krimea Ukraina. Dari wilayah Kharkiv ke Kherson, dari Donetsk ke Enerhodar, dari Stanytsia Luhanska ke Yalta, dari Berdyansk ke Novofedorivka. ini semua adalah bagian dari negara kita, ini adalah Ukraina, yang akan sepenuhnya merdeka."

Baca juga: Pangkalan Udara Rusia di Krimea Diserang, Ukraina Angkat Tangan Bantah Pasukan Zelensky Terlibat

Seorang penasihat presiden, Mikhail Podolyak, mengatakan Ukraina tidak bertanggung jawab atas ledakan itu, ia mengindikasikan bahwa partisan mungkin terlibat.

"Tentu saja tidak. Apa yang harus kita lakukan dengan ini?," kata Podolyak saat ditanya tentang keterlibatan Kyiv.

Dalam saluran televisi online Dozhd, Podolyak mengatakan bahwa tujuan jangka panjang Kyiv adalah demiliterisasi Federasi Rusia.

"Masa depan Krimea adalah menjadi mutiara Laut Hitam, taman nasional dengan alam yang unik dan resor dunia. Bukan pangkalan militer untuk teroris. Ini baru permulaan," ucap Podolyak.

Kementerian pertahanan Ukraina mengatakan tidak dapat menentukan penyebab ledakan.

Tetapi secara sinis, pihaknya mengatakan bahwa orang harus memperhatikan aturan keselamatan kebakaran dan larangan merokok di tempat yang tidak ditentukan.

Sebagai informasi, pangkalan udara ini adalah tempat Franklin Roosevelt dan Winston Churchill mendarat dalam perjalanan ke konferensi Yalta pada Februari 1945.

Lokasinya dinilai terlalu jauh dari garis depan untuk bisa dihantam oleh roket konvensional Ukraina berbasis darat.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina