"Mereka membawanya ke suatu tempat bersama mereka, dan tetap saja, tidak ada informasi di mana dia berada," kata Lypovetska.
"Dia bisa berada di Rusia dan mereka bisa melakukan sesuatu yang sangat buruk dengannya."
Beberapa anak yang ditemukan Magnolia, yang bekerja sama dengan Interpol dan kelompok internasional, telah melintasi perbatasan ke Eropa sendiri.
Pada awal Juni, duta besar Inggris untuk PBB, James Kariuki, mengatakan pada pertemuan Dewan Keamanan bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam perdagangan manusia.
Selain itu adanya peningkatan yang mengganggu dalam kekerasan seksual terkait konflik, termasuk laporan pemerkosaan yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Rusia.
Selama terjadinya konflik antara Ukraina dan Rusia, diketahui terdapat banyak anak warga Ukraina yang dipindahkan ke Rusia sejak terjadinya awal serangan pada Februari 2022 lalu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) alias United Nations (UN) kini menyoroti isu kemungkinan terjadinya adopsi paksa yang dilakukan oleh warga Rusia terhadap anak-anak Ukraina.
Isu ini dibahas oleh Afshan Khan selaku Direktur Regional UN Children Fund untuk Eropa dan Asia Tengah.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Afshan menegaskan para anak-anak Ukraina tersebut tidak bisa diasumsikan sebagai anak yatim piatu.
Afshan menjelaskan, kebijakan mengadopsi anak harus selalu didasari kepentingan sang anak.
"Terkait anak-anak yang telah dipindahkan ke Rusia, kami bekerja dengan ombudspersons dan jaringan untuk bagaimana kita dapat mendokumentasi kasus-kasus tersebut," ujar Afshan.
Afshan mengatakan, untuk saat ini tidak ada akses menuju anak-anak tersebut.
Sebelumnya diberitakan, menurut informasi dari pemerintah Ukraina sebanyak ratusan anak-anak di Ukraina telah tewas akibat konflik.
Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, informasi ini disampaikan oleh kantor Kejaksaan Ukraina.
Selain tewas terbunuh, ribuan anak-anak juga disebut telah diculik oleh pemerintah Rusia.