Kereta api adalah transportasi paling efektif untuk mobilisasi pasukan Ukraina dan persenjataan berat.
Ini juga rute tercepat bagi warga sipil untuk menyelamatkan diri.
Mengontrol bagian dari jaringan kereta api itu juga akan memungkinkan pasukan Rusia untuk memindahkan pasukan dan perbekalan mereka.
Warga sipil di daerah itu kini tengah dievakuasi sebelum kedatangan pasukan Rusia.
"Selamatkan diri Anda dan keluarga Anda selagi masih bisa," kata pemimpin lokal, Serhiy Haidai, kepada penduduk saat bus dan kereta api menuju ke barat.
Haidai berkata, warga semakin sulit mendapatkan bus untuk mengevakuasi diri ke Rubizhne dan Popasna.
Kereta masih berjalan dari Slovyansk pada hari Kamis, tapi jalur telah dipotong ke Izyum di utara dan ke Mariupol dan Melitopol di selatan.
Maryna Agafonova (27 tahun) telah melarikan diri dari rumah keluarganya di Lysychansk.
Dia meninggalkan orang tuanya saat peluru artileri Rusia terus berjatuhan di wilayahnya.
"Mereka menyerang rumah sakit dan bangunan tempat tinggal. Tidak ada pemanas dan listrik," ujarnya.
Pasukan Ukraina masih bertahan di sana, kata Maryna kepada BBC.
"Mereka tidak membiarkan Rusia mendudukinya."
Baca juga: Khawatir Wilayahnya Diserang, Rusia Beri Peringatan pada AS yang Kirim Senjata Jarak Jauh ke Ukraina
Bertahan di Bawah Kendali Kelompok pro-Rusia di Luhansk
Kehidupan di bawah kendali kelompok pro-Rusia relatif lebih tenang, meskipun mereka menuduh pasukan Ukraina menembaki bangunan tempat tinggal dan membunuh warga sipil.
Para pejabat di negara bagian Donetsk mengatakan, 72 warga sipil tewas sejak pertengahan Februari lalu.
Seorang perempuan di Luhansk mengatakan kepada BBC bahwa dia telah melihat banyak kekuatan militer Rusia di kotanya.
Warga kota sekarang ketakutan dan penuh kehati-hatian.
"Saya takut. Memang menakutkan," kata perempuan yang enggan namanya disebutkan ini.
Laki-laki yang cukup umur diharuskan bergabung dengan milisi lokal.
Dia berkata, siapa pun yang menghindari wajib militer pasti bersembunyi.
"Mereka memobilisasi laki-laki di jalanan, menangkap mereka. Tidak ada laki-laki di toko-toko, di kota, di jalanan," tuturnya. Akibat dari situasi ini, semua bisnis yang dikendalikan para laki-laki tutup.
"Kami sudah menjadi Rusia, meskipun hanya secara informal. Setiap orang memiliki paspor Rusia," ucapnya.
Akankah Pasukan Ukraina Bertahan?
Pada awal perang Rusia-Ukraina ini, 10 brigade yang membentuk Operasi Pasukan Gabungan (JFO) di timur dianggap sebagai tentara paling lengkap dan paling terlatih yang dimiliki Ukraina.
"Kami tidak benar-benar tahu kekuatan pasukan Ukraina sekarang," kata Sam Cranny-Evans, peneliti Rusi. Dia yang yakin jumlah pasukan itu meningkat seiring bergabungnya sukarelawan dalam beberapa pekan terakhir.
Sementara itu, pasukan Rusia mengalami kerugian besar setelah menjalani perang lebih dari lima minggu. Moral mereka diyakini terus anjlok.
Pasukan Rusia ini terdiri dari orang-orang yang terdaftar dari daerah separatis lokal serta tentara Rusia dari wilayah-wilayah lain.
"Tujuan utama Ukraina adalah untuk menimbulkan kerugian sebesar mungkin di pihak Rusia dan Ukraina menggunakan taktik asimetris untuk menghindari pertempuran besar," kata Konrad Muzyka.
Seorang pria bernama Mykyta yang berhasil melarikan diri dari pemboman Rusia di Mariupol mengatakan dia yakin tentara Ukraina akan berhasil melawan.
"Suatu hari mereka akan mengembalikan kota kami, batalyon Azov tidak akan menyerahkan Mariupol," katanya kepada BBC.
"Tentara Ukraina sangat licik, saya tidak melihat mereka di kota saya, tapi saya mendengar mereka, mereka sangat pandai menyamar," ucapnya. (*)
Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul Perang Ukraina: Mengapa Donbas kini jadi target minimum invasi Rusia, apa pentingnya wilayah itu?