Scholz menekankan sekali lagi bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk membuat NATO terlibat konflik karena itu berarti konfrontasi langsung antara kekuatan nuklir.
Kanselir menambahkan bahwa Putin meremehkan persatuan dan kekuatan yang terdiri dari negara-negara industri besar G7, NATO dan Uni Eropa telah menanggapi agresinya.
Baca juga: Menteri Putin Umumkan Negara-negara Barat Telah Deklarasikan Perang Total Lawan Rusia
Baca juga: Disadap Intelijen Jerman, Tentara Rusia Mengobrol Bahas Pembantaian di Bucha hingga Interogasi
AS Dituding Ingin Rebut Wilayah Ukraina
Informasi intelijen yang diperoleh Rusia menunjukkan bahwa Polandia dan Amerika Serikat sedang bersekutu menjalankan misi rahasia.
Misi keduanya berkaitan dengan perebutan wilayah Ukraina yang disebut memiliki nilai historis bagi Polandia.
Namun, pasangan negara NATO itu akan menggunakan dalih membantu Ukraina menahan serangan Rusia.
Diketahui, Polandia dan AS merupakan dua negara NATO yang vokal menunjukkan dukungan untuk Ukraina.
Polandia sebagai negara tetangga Ukraina, merasa berbagi nasib karena turut menjadi sasaran ancaman Rusia.
Bahkan Warsawa menyatakan kesediaan menjadi pangkalan militer AS maupun NATO.
Sementara, AS rela menggelontorkan uang hingga beberapa kuadriliun rupiah untuk mempersenjatai Ukraina.
Di balik hal tersebut, Rusia menilai ada siasat yang disembunyikan, yakni untuk mendapatkan wilayah Ukraina yang dulunya milik Polandia.
Dilansir TribunWow.com dari RT, Kamis (28/4/2022), menurut Kepala Badan Intelijen Asing Rusia (SVR) Sergey Naryshkin, dugaan rencana tahap pertama adalah pengerahan 'penjaga perdamaian' Polandia di Ukraina barat.
Pasukan itu ditugaskan dengan dalih sebagai perlindungan dari agresi Rusia.
Rincian operasi sekarang sedang dibahas antara Warsawa dan pemerintahan Biden.
Ia menambahkan bahwa itu akan dilakukan tanpa mandat NATO, dengan hanya negara-negara sukarelawan yang ambil bagian.