TRIBUNWOW.COM - Meski warga sipil telah berhasil dievakuasi, masih ada kombatan yang sampai saat ini terjebak dan tak bisa keluar dari kompleks pabrik baja Azovstal di Kota Mariupol, Ukraina.
Para kombatan ini diketahui tidak akan mau menyerah ke Rusia, namun di saat yang sama mereka meminta bantuan kepada pemerintah Ukraina dan negara-negara lain agar dibantu dievakuasi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku tengah melakukan negosiasi dengan Rusia terkait nasib mereka yang masih terjebak di Azovstal.
Baca juga: Peti Mati Hampir Jatuh, Ini Penampakan saat Pelayat Jurnalis Al Jazeera Dipukuli Polisi Israel
Baca juga: Pertama sejak Invasi, Menhan Rusia dan AS Bercakap via Telepon Bahas Gencatan Senjata di Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, informasi ini disampaikan oleh Zelensky dalam konferensi pers rutin pada Jumat (13/5/2022) malam.
Zelensky menyebut banyak kombatan yang harus segera dievakuasi karena mengalami luka.
Menurut Zelensky negosiasi berlangsung kompleks untuk mengevakuasi para kombatan dan tenaga medis dari Azovstal.
"Kami melakukan semuanya untuk mengevakuasi seluruh prajurit kita," kata Zelensky.
Zelensky juga menginfokan Ukraina menggunakan sosok berpengaruh sebagai perantara dalam negosiasi dengan Rusia.
Namun tidak dijelaskan siapa sosok berpengaruh yang dimaksud oleh Zelensky.
Sebelumnya, warga sipil terakhir yang diselamatkan dari kompleks pabrik baja Azovstal, Mariupol berhasil selamat sampai di wilayah yang dikuasai Ukraina.
Rombongan itu tiba pada Minggu, (8/5/2022) malam, setelah dievakuasi sehari sebelumnya.
Konvoi delapan bus itu tiba di kota tenggara Zaporizhzhia setelah gelap, dengan membawa sekitar 170 pengungsi.
Diperkirakan ada sekitar 51 warga sipil yang diselamatkan dari kompleks Azovstal, dan sekitar 120 lainnya berada di titik penjemputan di pusat perbelanjaan yang hancur.
Perjalanan lebih dari 200 kilometer memakan waktu dua hari, karena konvoi bus ditahan selama berjam-jam di pos pemeriksaan Rusia dan penduduk yang lapar dan lelah di dalam diinterogasi.
Seoranng pengungsi bernama Natalia, mengaku telah pasrah dan mengira tak akan bisa keluar hidup-hidup dari pabrik Azovtal yang dikepung Rusia.
"Saya tidak berpikir kami akan berhasil keluar hidup-hidup, jadi saya tidak punya rencana untuk masa depan saya," kata Natalia dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Senin (9/5/2022).
Ia bekerja di pabrik Azovstal sepanjang masa dewasanya dan kemudian berlindung selama lebih dari dua bulan di bunker.
Dia telah melarikan diri dengan sedikit lebih dari koleksi gambar yang dibuat oleh anak-anak di tempat penampungan mereka.
Dia telah mengorganisir kompetisi menggambar dan menyimpan gambar-gambar itu untuk diingat.
"Aku tidak akan menyerah bahkan jika mereka menembakku," tegasnya.
Sekitar 36 jam kemudian, kelompok itu turun perlahan dari bus hingga larut malam, dan menikmati makanan panas yang disiapkan di tenda pendaftaran.
Penampungan sementara itu juga memiliki pakaian dan mainan, karena kebanyakan orang melarikan diri hanya dengan beberapa tas.
"Ini adalah angin segar berada di tanah yang dikuasai Ukraina," ucap Tatiana, yang melarikan diri bersama putri dan cucunya.
Banyak anak-anak dan orang tua termasuk di antara para pendatang yang tampak kelelahan.
"Saya hanya ingin hidup dan memulai lagi, semua yang saya miliki ada di sini," kata Yegor Chekhonadsky sambil menunjuk sekelompok tas di kakinya.
Dia, istri dan dua putranya telah berlindung di Azovstal sejak awal Maret.
Kini mereka bisa bebas dari serangan dan ancaman sewaktu-waktu pasukan Rusia.
"Tentu saja saya sangat bahagia, dan senang berada di Ukraina," pungkasnya.
Baca juga: Di Depan Jurnalis, Prajurit Ukraina di Mariupol Ungkap Alasan Enggan Menyerah ke Rusia
Baca juga: Merasa Ditipu Pemerintah, Komandan Ukraina di Mariupol Menyerah ke Rusia, Sebut Ditinggal untuk Mati
Seluruh Warga Sipil Dievakuasi dari Pabrik Baja Azovtal
Warga sipil terakhir Ukraina yang terperangkap di pabrik baja di kota pelabuhan Mariupol kini telah dievakuasi.
Seluruh wanita, orangtua dan anak-anak yang terperangkap dalam kepungan Rusia berhasil diselamatkan.
Namun, sejumlah tentara dan beberapa pria dikabarkan masih berada di dalam pabrik lantaran tak diizinkan keluar oleh Rusia.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Minggu (8/5/2022), Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan pada hari Sabtu bahwa semua wanita, anak-anak dan orang tua telah dievakuasi.
Mereka dibawa keluar dari bunker bawah tanah di pabrik baja Azovtal, di mana mereka bersembunyi dari serangan Rusia dengan sedikit makanan, air atau obat-obatan.
"Bagian dari operasi kemanusiaan Mariupol ini sudah berakhir," tulis Vereshchuk di aplikasi perpesanan Telegram.
Pabrik baja Azovtal merupakan kantong terakhir pertempuran Ukraina di kota pelabuhan yang hancur.
Fasilitas ini telah menjadi simbol perlawanan terhadap upaya Rusia untuk merebut petak-petak Ukraina timur dan selatan dalam perang 10 minggu.
Ratusan pejuang Ukraina diperkirakan tetap berada di dalam.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dalam pidato larut malam, mengatakan lebih dari 300 warga sipil telah diselamatkan dari pabrik tersebut.
Ia berjanji untuk melanjutkan upaya untuk mengevakuasi para pejuang yang terperangkap.
"Kami membawa semua warga sipil keluar dari pabrik Azovstal dan sekarang sedang mempersiapkan tahap kedua dari misi evakuasi untuk mengevakuasi mereka yang terluka dan petugas medis," kata Zelensky.
"Tentu saja, kami sedang berupaya mengevakuasi militer kami, semua pahlawan yang membela Mariupol."
Dia menambahkan bahwa pihak berwenang juga akan membantu warga di tempat lain di Mariupol dan pemukiman sekitarnya untuk keselamatan.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyatakan kemenangan di Mariupol pada 21 April.
Ia memerintahkan pabrik itu dibokade, dan menyerukan pasukan Ukraina di dalam untuk melucuti senjatanya.
Mariupol terletak di antara Semenanjung Krimea yang direbut oleh Moskow pada tahun 2014 dan bagian timur Ukraina yang diambil oleh separatis yang didukung Rusia tahun itu.
Kota kecil ini adalah kunci untuk menghubungkan dua wilayah yang dikuasai Rusia dan memblokir ekspor Ukraina.
Di Washington, DC, Direktur Badan Intelijen Pusat AS William Burns mengatakan Putin yakin bahwa menggandakan konflik akan meningkatkan hasil bagi Rusia.
“Dia dalam kerangka berpikir di mana dia tidak percaya dia mampu untuk kalah,” kata Burns di acara Financial Times.
Namun, Moskow menyebut tindakannya sejak 24 Februari sebagai 'operasi militer khusus' untuk melucuti senjata Ukraina dan menyingkirkan nasionalisme anti-Rusia yang dikobarkan oleh Barat.
Ukraina dan Barat sepakat mengatakan Rusia melancarkan perang tanpa alasan.(TribunWow.com/Anung/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina