TRIBUNWOW.COM - Seorang komandan pasukan pertahanan Ukraina mengaku merasa dibohongi oleh pemerintah Kiev.
Ia pun memutuskan untuk menyerahkan diri ke Rusia setelah menyadari bahwa bantuan yang dijanjikan tidak akan datang.
Kolonel bernama Vladimir Baranyuk itu pun mengaku merasa ditinggalkan untuk mati oleh pemerintah Ukraina.
Baca juga: Update Mariupol, Warga Sipil Ukraina di Pabrik Baja Azovtal telah Dievakuasi Seluruhnya
Baca juga: Berencana Kirim Bom 3 Ton, Rusia Serang Pabrik Baja Azovtal Tempat Ribuan Warga Ukraina Berlindung
Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RT, Minggu (8/5/2022), komandan Brigade Infanteri Angkatan Laut ke-36 memberikan kesaksian dalam sebuah video wawancara.
Ia mengatakan pemerintah Ukrain berjanji kepada pasukan Ukraina yang dikepung di Mariupol bahwa bantuan sedang dalam perjalanan.
Sementara, tidak ada upaya nyata yang dilakukan untuk mengakhiri blokade kota pelabuhan tersebut.
Baranyuk dan unitnya ditugaskan untuk menjaga pinggiran utara Mariupol, kota pelabuhan strategis di tenggara Ukraina, di tengah invasi Rusia.
Dia bahkan dianugerahi penghargaan Pahlawan Ukraina untuk keberanian dan tindakan efektifnya dalam memukul mundur serangan musuh.
Kiev pun menegaskan bahwa kolonel dan para pembela Mariupol lainnya tidak akan pernah menyerah.
Tetapi ketika pasukan Rusia terus mendesak, Baranyuk akhirnya menyerah secara damai setelah ditangkap selama upaya yang gagal untuk melarikan diri dari kota.
Dia ditangkap saat bersembunyi di ladang bersama dengan sejumlah anak buahnya beberapa kilometer di utara Mariupol.
Komandan marinir itu kini mengatakan bahwa pemerintah Ukraina berbohong kepadanya dan pasukannya agar mereka tetap berperang.
"Kiev mengatakan kepada kami untuk bertahan, (menjanjikan) bahwa unit yang akan mengangkat blokade akan datang, mereka akan segera berada di sini,” kata Baranyuk kepada RT.
Janji itu dibuat meskipun penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Alexey Arestovich, secara terbuka mengakui dalam wawancara bahwa Kiev tidak akan dapat menyelamatkan pasukannya di Mariupol.
"Kami dijanjikan bantuan tertentu. Secara alami, bantuan ini tidak datang. Dan ini mendorong kami untuk keluar," kata kolonel itu ketika menjelaskan keputusannya untuk melarikan diri.