TRIBUNWOW.COM - Rusia menampik tudingan telah menolak melakukan negosiasi damai.
Alih-alih, perwakilan Presiden Rusia Vladimir Putin sudah menyerahkan draft perdamaian pada Ukraina.
Pihak Ukraina justru dinilai lamban dan menunjukkan keengganan untuk mengupayakan perdamaian.
Baca juga: Jubir Putin Gelagapan saat Ditunjukkan Bukti Kejahatan Perang Rusia di Bucha Ukraina
Baca juga: Kadyrov Pastikan Mariupol Jatuh Hari Ini Juga, akan Jadi Kemenangan Besar Pertama Rusia
Dilansir TribunWow.com dari media Rusia Nezavisimaya Gazeta (NG), Rabu (20/4/2022), Dmitry Peskov, sekretaris pers presiden Rusia menyatakan Perwakilan Federasi Rusia telah menyerahkan draft dokumen perdamaian ke Kiev dengan formulasi yang sangat jelas dan terperinci.
Menurut dia, kemungkinan waktu respon tergantung pada negosiator Kiev.
Pada saat yang sama, Peskov menilai bahwa Ukraina tidak menunjukkan kecenderungan yang besar untuk mengintensifkan proses negosiasi.
Sebelumnya pada hari yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya-24 bahwa dia telah kehilangan kepercayaan pada perwakilan Ukraina.
Zakharova menilai, Kyiv menunjukkan ketidakkonsistenan bahkan selama implementasi perjanjian Minsk.
"Skema klasik, yang mengatakan bahwa rezim (Ukraina) tidak independen, dan dikendalikan. Kedua, negosiasi digunakan sebagai pengalih perhatian," kata Zakharova.
Dilihat dari laporan para pihak, negosiasi Rusia-Ukraina hampir tidak bergerak maju sejak awal April.
Salah satu alasannya adalah akibat ditemukannya bukti kekejaman di kota Bucha dekat Kyiv.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dalam pesan videonya, kembali mengajak Putin untuk bertemu di Donbass, tempat pertempuran berlangsung.
Dmitry Suslov, Wakil Direktur Pusat Studi Eropa dan Internasional Komprehensif di Sekolah Tinggi Ekonomi Universitas Riset Nasional, mengimbau bahwa tugas utama dari tahap baru operasi militer Rusia adalah memebebaskan wilayah Donest dan Luhanks.
Setelah itu, negosiasi dapat dilanjutkan lagi, dan kemajuannya akan tergantung pada hasil dari pertempuran yang diumumkan untuk Donbas.
Andrey Sidorov, Dekan Fakultas Politik Dunia di Universitas Negeri Moskow, baru-baru ini secara konsisten menganjurkan kelanjutan dialog antara para pihak.