Konflik Rusia Vs Ukraina

Media China Ungkap Tujuan Rahasia AS Dukung Ukraina, Sebut Justru Ingin Perpanjang Konflik

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Joe Biden dalam konferensi pers virtual mengumumkan pakta keamanan trilateral, Aukus pada Rabu (15/9/2021). Terbaru, media China ungkap tujuan AS memberi bantuan militer ke Ukraina, Minggu (17/4/2022).

TRIBUNWOW.COM - Media China menggambarkan peran Amerika Serikat (AS) dalam konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

AS yang kerap memberikan bantuan militer pada Ukraina dikatakan memiliki niatan tersembunyi.

Alih-alih menyelesaikan perang, pemerintahan Joe Biden dituding justru sengaja memperpanjang konflik.

Ilustrasi bantuan senjata dari AS ke Ukraina meliputi drone switchblades kamikaze, javelin, helikopter Mi-17, dan howtizer. (Kolase Aerovironment, AFP/ALAIN JOCARD, AFP/Kim Hong-ji, AFP/DELIL SOULEIMAN)

Baca juga: Gedung Putih Murka Trump Minta Putin Bongkar Aib Keluarga Joe Biden: Orang Amerika Macam Apa?

Baca juga: Kapal Perangnya Tenggelam, Rusia Tuding AS Berikan Informasi Intelijen ke Pasukan Ukraina

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Minggu (17/4/2022), Amerika Serikat dituding mengharapkan konflik berkepanjangan di Ukraina untuk keuntungannya sendiri.

Menurut editorial di surat kabar China Global Times, AS melakukan upaya tersebut sejak awal dimulainya invasi.

“Setelah dimulainya krisis Ukraina, hampir semua yang dilakukan Washington adalah untuk memperpanjang konflik, dan untuk ini, semua jenis mobilisasi dan upaya dilakukan,” bunyi tulisan tersebut.

Menurut surat kabar itu, Amerika Serikat memanfaatkan kekacauan yang ada untuk kepentingan produsen senjata AS.

Pasalnya, setelah konflik terjadi, dikabarkan saham produsen perusahaan terkait telah mengalami pertumbuhan signifikan.

Selain itu, AS juga mencari celah untuk menerima dividen geopolitik dari memanipulasi Eropa dan NATO dengan kedok ancaman Rusia.

"Kompleks industri militer AS adalah penerima manfaat langsung dan terbesar dari perpanjangan konflik," simpul tulisan tersebut.

Menurut ahli, Kyiv digunakan oleh Washington sebagai boneka.

AS dituding memasok negara itu dengan senjata dan amunisi untuk menciptakan preseden buruk, dan mendorong krisis Ukraina ke konsekuensi yang tidak terduga.

Diketahui, Presiden Joe Biden belum lama mengatakan bahwa Amerika Serikat akan memberi Ukraina paket bantuan militer baru senilai 800 juta USD (sekitar Rp 11 triliun) yang mencakup artileri, pengangkut personel lapis baja dan helikopter.

Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengirim peringatan ke semua negara, termasuk Amerika Serikat, karena pasokan senjata ke Ukraina.

Baca juga: Ungkit Kebrutalan AS di Suriah, Putin Akhirnya Buka Suara soal Pembantaian Warga di Bucha

Baca juga: Nilai AS Perparah Konflik Rusia-Ukraina, Korea Utara Sebut Joe Biden Kakek Tua yang Ceroboh

China Sebut AS sebagai Penjahat

Meskipun China mengaku netral dalam konflik antara Rusia dan Ukraina, namun media massa di negara tersebut menunjukkan fakta berbeda.

Halaman
1234