Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Ancam Gunakan Senjata Nuklir jika Finlandia dan Swedia Nekat Gabung NATO

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bendera-bendera anggota negara NATO yang dikibarkan setengah tiang sebagai tanda berkabung dalam Hari Peringatan Holocaust, Kamis (27/1/2022). Terbaru, Rusia ancam akan gunakan senjata nuklir jika Finlandia dan Swedia gabung NATO.

TRIBUNWOW.COM - Rusia mengangkat isu nuklir untuk mengancam Swedia dan Finlandia.

Pasalnya, dua negara itu sedang meninjau pengaturan keamanan mereka setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan invasi ke Ukraina.

Jajak pendapat di kedua negara menunjukkan dukungan untuk bergabung dengan NATO.

Potret perdana menteri Finlandia Sanna Marin. (Johanna Geron/AFP)

Baca juga: Setelah Ukraina, Rusia Ancam Finlandia yang Ingin Gabung NATO, Sebut akan Jadi Tragedi Mengerikan

Baca juga: Eks Presiden AS Bill Clinton Akui Pernah Persilakan Putin Bergabung ke NATO

Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Kamis (14/3/2022), Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan Moskow akan merespons dengan keras.

Ia mengancam akan menghilangkan status bebas nuklir di wilayah semenanjung Baltik.

"Tidak ada lagi pembicaraan tentang status bebas nuklir untuk Baltik, keseimbangan harus dipulihkan," kata Medvedev.

"Sampai hari ini, Rusia belum mengambil tindakan seperti itu dan tidak akan melakukannya."

Merasa rencana negara untuk bergabung ke NATO sebagai kondisi darurat, Rusia akan mengerahkan pasukan di perbatasan dengan Finlandia.

"Tentu (mereka) harus diperkuat," imbuh Medvedev mengacu pada penguatan militer di perbatasan.

"(Rusia) secara serius memperkuat pengelompokan pasukan darat dan pertahanan udara (dan) mengerahkan pasukan angkatan laut yang signifikan di Teluk Finlandia."

Sebagai tanggapan, Menteri Pertahanan Lithuania Arvydas Anusauskas mengatakan Rusia sudah memiliki senjata nuklir di kawasan Baltik.

Senjata ini telah ditempatkan di daerah kantong Kaliningrad Rusia di Laut Baltik sejak sebelum invasi ke Ukraina dimulai.

Kaliningrad merupakan wilayah di tepi Laut Baltik, diapit oleh anggota NATO, Lithuania dan Polandia.

"Ancaman Rusia saat ini terlihat cukup aneh ketika kita tahu bahwa, bahkan tanpa situasi keamanan saat ini, mereka menyimpan senjata 100 km dari perbatasan Lituania," kata menteri tersebut.

"Senjata nuklir selalu disimpan di Kaliningrad. Komunitas internasional, negara-negara di kawasan itu, sangat menyadari hal ini. Mereka menggunakannya sebagai ancaman."

Perdana Menteri Lithuania Ingrida Simonyte juga mengatakan bahwa ancaman nuklir itu bukan hanya sekali dua kali dilakukan Rusia.

Di sisi lain, Medvedev mengatakan Moskow akan memiliki daftar musuh yang resmi bertambah jika NATO mengakui keanggotaan negara lain.

Menulis di Telegram, dia mengklaim NATO sedang bersiap untuk menerima Finlandia dan Swedia dengan prosedur birokrasi minimal.

Ia menekankan bahwa tanggaapan Rusia harus dipertimbangkan dengan kepala dingin.

Diketahui, Perdana Menteri Swedia dan Finlandia, Magdalena Andersson dan Sanna Marin, bergabung dalam konferensi pers bersama di Stockholm pada hari Rabu.

Marin mengatakan Finlandia siap membuat keputusan untuk bergabung dengan NATO dalam beberapa minggu menyusul debat ekstensif di badan legislatif Eduskunta yang memiliki 200 kursi.

Medvedev mengklaim pendapat Swedia dan Finlandia tentang bergabung dengan aliansi itu masih terbelah meskipun ada upaya maksimal dari propagandis dalam negeri.

Dia juga membantah bahwa invasi ke Ukraina menjadi penyebab Swedia dan Finlandia pertimbangkan keanggotaan ke NATO.

"Upaya untuk menyeret mereka ke dalam aliansi telah dilakukan sebelumnya," bantah Medvedev.

Baca juga: Konflik Ukraina Belum Selesai, Militer Rusia Bergerak ke Finlandia yang Berencana Gabung NATO

Baca juga: 3 Skenario yang Bisa Membuat NATO Akhirnya Turun Tangan Terlibat Perang Rusia dan Ukraina

Invasi Ukraina Dorong Negara Lain Gabung NATO

Agresi militer yang dilakukan Rusia di Ukraina diperkirakan justru akan mendorong lebih banyak negara lain untuk bergabung dengan NATO.

Padahal, Presiden Rusia Vladimir Putin menjadikan keinginan Ukraina bergabung dengan NATO sebagai alasan untuk menyerang.

Alih-alih memberikan pelajaran untuk negara lain, Rusia kini justru menghadapi hasil yang berlawanan dengan tujuannya.

Dilansir TribunWow.com dari The Sun, Kamis (7/4/2022), analisa ini disampaikan Kepala Staf Udara Inggris, Sir Mike Wigston.

Ia memperkirakan bahwa negara-negara lain akan melihat manfaat menjadi bagian dari NATO.

Aliansi pertahanan yang beranggotakan 30 orang itu diperkirakan akan segera mendapat lebih banyak lagi anggota yang akan diterima.

Menurut Wigston, agresi Vladimir Putin telah mengubah keamanan dunia untuk selamanya

"Ini adalah penataan kembali NATO, dari apa yang diperjuangkan NATO, dan siapa yang menjadi anggota NATO," kata Wigston.

"Negara-negara lain sekarang mungkin menilai bahwa masa depan mereka lebih aman dengan mendaftar untuk bergabung dengan NATO."

Ukraina bukan anggota NATO tetapi didukung oleh aliansi dan negara-negara lain dengan memasok mereka dengan senjata, pelatihan, dan pertahanan lainnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dia tidak lagi mendesak untuk menjadi anggota NATO sejak invasi dimulai.

Namun Kosovo dan Bosnia telah mendaftar untuk bergabung, hanya beberapa hari setelah invasi Rusia.

Disusul Finlandia dan Swedia yang santer dikabarkan akan ikut mendaftar ke NATO meski selama ini mempertahankan status negara netral.

Tentu saja niatan tersebut ditentang keras oleh Rusia.

Terutama terhadap Finlandia yang hanya berjarak beberapa jam dari Rusia.

Pihak Presiden Vladimir Putin menyebut tindakan tersebut akan menjadi tragedi mengerikan bagi negara tersebut.

Bahkan, Rusia menyatakan Finlandia akan menjadi target pembalasan seperti yang kini terjadi di Ukraina.

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Rabu (6/4/2022), peringatan ini disampaikan Vladimir Dzhabarov, Wakil Kepala Pertama Komite Internasional Dewan Federasi.

Ia menyebut keputusan pemimpin Finlandia untuk bergabung dengan NATO akan menjadi kesalahan strategis.

"Swedia adalah negara mandiri yang merasa nyaman di Eropa," kata Dzhabarov pada pertemuan hari Rabu, (6/4/2022).

Dia mencatat bahwa negara ini memiliki status netral, meski keduanya dikatakan cenderung memiliki kedekatan dengan NATO.

Namun, Rusia secara khusus memberikan peringatan pada Finlandia yang bertetangga dengan wilayahnya.

"Jika kepemimpinan Finlandia bergabung (dengan NATO), itu akan menjadi kesalahan strategis," tegas Dzhabarov.

Dia menekankan bahwa secara geografis Finlandia dan Rusia adalah negara tetangga, mengingat dari Finlandia ke St. Petersburg hanya beberapa jam perjalanan.

Apalagi selama ini, Rusia dan Finlandia memiliki hubungan bilateral yang baik.

Namun, jika Finlandia nekat bergabung dengan NATO, Rusia mengancam akan mengambil tindakan.

Pihak Kremlin tak tinggal diam dan menyatakan akan menjadikan negara tersebut sebagai target seperti halnya yang terjadi di Ukraina.

"Dan Finlandia, yang telah berhasil berkembang selama bertahun-tahun berkat hubungan perdagangan dan ekonomi yang erat dengan Rusia, akan menjadi target. Saya pikir itu (akan) tragedi yang mengerikan bagi seluruh rakyat Finlandia," ancam Dzhabarov.

Secara sarkas, senator menekankan bahwa orang-orang Finlandia pragmatis dan cerdas.

Menurut anggota parlemen tersebut, tidak mungkin orang Finlandia akan menandatangani kartu untuk penghancuran negara mereka sendiri. (TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina