TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin sempat menghubungi Presiden Prancis Emmanuel Macron lewat sambungan telepon pada Selasa (29/3/2022) malam.
Lewat sambungan telepon itu Putin menyampaikan sejumlah hal terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.
Diketahui Putin telah menyetujui gencatan senjata selama satu hari pada Kamis (31/3/2022).
Baca juga: Penuhi Tuntutan Rusia, Zelensky Setuju Ukraina Jadi Negara Netral, Apa Maksudnya?
Baca juga: Keajaiban Masih Hidup, Ibu di Ukraina Ditembaki Tentara Rusia hingga Tubuhnya Rusak
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, gencatan senjata saat itu ditujukan agar para warga di Mariupol bisa mengungsi ke Zaporizhzhia.
Kementerian Pertahanan Rusia juga menyatakan ingin melibatkan palang merah dan agensi pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk ikut serta melakukan evakuasi.
Pemerintah Prancis menyatakan situasi di Mariupol saat ini sangat kacau.
Para warga sipil harus dilindungi dan meninggalkan kota jika mau.
Namun Putin menegaskan hanya ingin menghentikan serangan ke Mariupol jika pasukan Ukraina menyerah.
Sebelumnya, ekskalasi serangan yang terjadi di Mariupol, Ukraina, menyebabkan adanya kesulitan untuk menghitung jumlah warga yang menjadi korban.
Pemerintah setempat menuturkan bahwa dalam serangan Rusia ke gedung teater saja, 300 orang telah meninggal.
Sementara itu, pihak PBB mengungkapkan penemuan sejumlah pemakaman massal yang satu diantaranya diperkirakan menampung sampai 200 jasad.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Jumat (25/3/2022, pihak berwenang Ukraina mengatakan sekitar 300 orang tewas setelah serangan udara Rusia meledakkan teater drama di Mariupol pekan lalu.
Teater itu digunakan sebagai tempat perlindungan bagi warga sipil ketika pasukan Rusia meningkatkan upaya mereka untuk merebut kota pelabuhan Ukraina.
Selama berhari-hari, otoritas lokal di Mariupol tidak dapat menghitung jumlah korban dalam serangan 16 Maret itu.
Namun, pada hari Jumat, dewan kota mengutip saksi yang melaporkan jumlah korban tewas.
"Dari para saksi mendapat informasi bahwa sekitar 300 orang tewas di Teater Drama Mariupol akibat pemboman oleh pesawat Rusia," kata dewan kota Mariupol dalam sebuah pernyataan.
"Hingga saat-saat terakhir, orang sulit mempercayai kengerian ini. Tapi kesaksian mereka yang berada di dalam gedung pada saat aksi teroris ini mengatakan sebaliknya."
Kepala misi pemantauan hak asasi manusia PBB di Ukraina, Matilda Bogner, juga mengatakan bahwa timnya belum dapat memperoleh informasi yang cukup untuk memverifikasi jumlah korban tewas di teater.
"Kami semakin sedikit mendapatkan informasi dari sana (Mariupol) dan dalam kasus khusus itu kami masih mencoba memverifikasi detailnya," kata Bogner.
Bogner mengatakan bahwa pihaknya telah menerima informasi tentang kuburan massal di Mariupol, termasuk yang tampaknya menampung 200 mayat.
"Kami mendapat informasi peningkatan kuburan massal yang ada di sana,” kata Bogner yang mengatakan beberapa bukti berasal dari citra satelit.
Kantor hak asasi PBB, yang memiliki sekitar 50 staf di negara itu, sejauh ini menghitung 1.035 kematian warga sipil sejak Rusia menginvasi Ukraina.
"Tingkatnya korban sipil dan penghancuran objek sipil sangat menunjukkan bahwa prinsip pembedaan, proporsionalitas, aturan tentang tindakan pencegahan yang layak dan larangan serangan tanpa pandang bulu telah dilanggar," pungkas Bogner.
Baca juga: WHO Laporkan Serangan Rusia ke Fasilitas Medis Ukraina Makin Meningkat, Langgar Aturan Perang?
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-22, Gedung Teater Dibom hingga Perkembangan Kondisi 2 Negara
Teriakan Anak Korban Pengeboman Teater
Pada Rabu (16/3/2022) lalu pasukan militer Rusia sempat dituding bertanggung jawab atas serangan terhadap sebuah gedung teater yang digunakan sebagai tempat berlindung warga sipil di Mariupol, Ukraina.
Disebut menampung ribuan warga, sampai saat ini masih belum jelas berapa korban jiwa akibat insiden itu namun pemerintah setempat menyatakan ada 130 korban selamat.
Satu di antaranya mengaku sempat melihat kondisi di dalam gedung teater seusai hancur terkena serangan bom.
Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, informasi ini disampaikan oleh Vladyslav (27) seorang tukang kunci yang kebetulan sedang berada di gedung teater tersebut pada hari kejadian.
Saat ledakan terjadi, Vladyslav mengaku berada di gerbang masuk utama.
Vladyslav mengaku sempat berlari menyelamatkan diri masuk ke basemen.
Sekira 10 menit setelah serangan, Vladyslav menyebut situasi di gedung teater tersebut sangat kacau.
Ia melihat banyak warga terluka, berdarah-darah.
"Seorang ibu mencoba mencari anaknya di bawah puing-puing," kata Vladyslav.
Vladyslav juga mengaku mendengar seorang bocah lima tahun berteriak.
"Saya tidak ingin mati," ucap Vladyslav menirukan teriakkan seorang bocah.
Wali Kota Mariupol menyampaikan ada 130 korban yang berhasil selamat.
Namun tidak ditemukan informasi lebih detail terkait serangan ini.
Perusahaan penyedia jasa intelijen, McKenzie menyampaikan, diduga hanya ada satu bom yang dijatuhkan di gedung teater di Mariupol.
Bom yang diduga dipakai oleh pasukan Rusia adalah KABB 500-L yang memiliki berat 525 kilogram.
Bom tersebut diketahui memang tidak memiliki kemampuan untuk menembus basemen.
Sebelumnya diberitakan, otoritas Ukraina menyampaikan, gedung teater itu digunakan sebagai tempat berlindung anak-anak hingga ibu hamil.
Masih belum diketahui ada berapa korban akibat serangan tersebut.
Wakil Walikota Mariupol, Sergei Orlov menyampaikan ada sekira 1.200 warga sipil yang berlindung di gedung teater tersebut.
Sejauh ini sudah ada 2.400 warga Ukraina yang terbunuh di Mariupol sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari 2022 lalu.
Diperkirakan ada 300 ribu warga sipil yang terperangkap di Mariupol tanpa suplai air bersih dan energi.
Menurut keterangan dewan kota Mariupol, Rusia menyerang gedung teater tersebut menggunakan bom dari pesawat tempur.
Lewat akun media sosialnya, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menampilkan foto gedung teater di Mariupol sebelum dan sesudah serangan pasukan Rusia.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia telah membantah pasukan Rusia menghancurkan gedung teater tersebut.
Dalam foto yang diunggah oleh Kuleba tampak gedung teater hancur lebur hanya tersisa puing-puing.
Pemerintah Rusia justru menuding hancurnya gedung teater tersebut adalah ulah kelompok ultra nasionalis Ukraina yakni Batalion Azov.(TribunWow.com/Anung/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina