TRIBUNWOW.COM - Sebulan lebih telah berlalu sejak Rusia melakukan penyerangan pertama ke Ukraina pada Kamis (24/3/2022).
Waktu hampir habis bagi tentara Rusia di Ukraina lantaran kerugian yang meningkat sementara moral pasukan menurun.
Untuk memperoleh kemenangan, Rusia perlu memecahkan kebuntuan saat ini, yang membutuhkan eskalasi pertempuran.
Langkah-langkah persiapan untuk ini sedang berlangsung.
Baca juga: Tentara Rusia Diduga Terpapar Radiasi Nuklir, Buntut Masuk Zona Hutan Merah Terlarang
Baca juga: Akhiri Hidup di Ukraina, Komandan Rusia Dapati 90% Tank Cadangan Rusak karena Onderdilnya Dicuri
Dilansir TribunWow.com dari CNA, Selasa (29/3/2022), tentara Rusia pertama-tama perlu segera mengganti personel unit garis depan, yang diperkirakan oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berjumlah hingga 40.000 tentara tewas, terluka, atau ditangkap.
Bahkan jika perkiraan ini berlebihan, kerugiannya terbukti tinggi mengingat bahwa Rusia telah memanggil pasukan cadangan dari seluruh wilayahnya.
Selain mengajak para remaja masuk wajib militer (laki-laki berusia 18 hingga 27 tahun), Rusia juga menyewa pasukan tentara bayaran dan mencari pejuang asing yang bersedia maju perang.
Orang-orang ini akan memiliki sedikit waktu untuk dilatih dan diintegrasikan dengan baik bersama unit garis depan.
Mereka kemungkinan akan digunakan sebagai umpan meriam untuk dikeluarkan sambil mengatur barisan.
Ironisnya, para jenderal Rusia terbunuh dengan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebagian karena harus berada di garis depan untuk mengarahkan unit-unit yang tidak terlatih secara pribadi.
Kedua, Rusia sekarang bersikap defensif untuk mengurangi korban medan perang.
Keputusan ini melibatkan penghentian serangan ofensif, membangun benteng lapangan, menggali parit dan meletakkan ranjau darat.
Pertempuran Rusia sekarang akan dilakukan sebanyak mungkin dengan senjata jarak jauh termasuk rudal, pesawat menjatuhkan bom, roket dan artileri.
Seperti di Mariupol, ini kemungkinan akan melibatkan kebakaran acak di kota-kota besar dan kecil yang menyebabkan korban sipil tinggi dan kerusakan besar.
Beberapa kota telah berkurang populasinya secara signifikan oleh serangan semacam itu, seperti Mariupol berubah dari berpenduduk 500.000 menjadi di bawah 100.000.
Akan ada lebih banyak kekejaman seperti Mariupol dan serangan ke rumah sakit yang melanggar hukum konflik bersenjata.