Marwan berterus terang, jika kejadian seperti ini kerap terjadi di tiap panen raya.
"Banyak yang panen, pasar gak mampu menampung, ya akhirnya kebuang," kata dia.
Marwan membeberkan, fenomena tersebut tak hanya dialami dirinya.
"Merata terjadi hampir di seluruh wilayah Lampung Barat," bebernya.
Berkenaan dengan harga tomat yang anjlok, dirinya tak mau menyalahkan pemerintah.
"Harusnya kita ini menyadari, kalau harga sayuran itu gak bisa diatur sama pemerintah," ujarnya.
"Itu semua tergantung dari perbandingan antara stok barang dengan permintaan," tambah Marwan.
Soal harga, menurutnya ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran.
"Kalau untuk pemerintah, mungkin bisa memberlakukan kebijakan pascapanen," katanya.
"Sementara ini kan hanya buat ke pasar, gak ada yang ke pabrik gitu," imbuh dia.
Inilah yang menurutnya masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Lampung Barat.
"Di Lampung Barat kan belum ada perusahaan pengolahan tomat," ungkapnya.
Setidaknya Marwan mengharapkan Pemkab Lampung Barat dapat menjadi jembatan bagi para pengepul maupun petani tomat untuk bisa bekerja sama dengan suatu perusahaan yang memproduksi hasil pengolahan tomat.
"Kalau kayak kita pengusaha di sini kan sulit untuk menembus itu," ujarnya.
"Semoga itu bisa direalisasikan," harap Marwan.