"Pada saat yang sama, kondisi dinilai di mana proses penularan dapat menjadi tidak terkendali, menyebabkan kerusakan ekonomi, dan menciptakan risiko keamanan pangan."
Jenderal Rusia itu juga mencatat bahwa Kementerian Pertahanan memiliki bukti transfer biosampel yang diproduksi di Ukraina ke negara-negara dunia ketiga, termasuk juga Jerman, Inggris Raya dan Georgia.
Kebocoran atau percobaan penelitian tersebut diduga pernah dilakukan pemerintah Ukraina pada warga di sekitar negaranya.
Kirillov mengatakan bahwa pada 2018 di wilayah Donetsk, lebih dari 70 orang meninggal karena jenis tuberkulosis yang resistan terhadap berbagai obat.
"Data ini telah dikonfirmasi oleh spesialis Rospotrebnadzor. Selama wabah massal yang tercatat di daerah pemukiman Peski, lebih dari 70 kasus penyakit terdeteksi, yang berakhir dengan kematian cepat," tuding Kirillov.
"Ini mungkin mengindikasikan infeksi yang disengaja, atau kebocoran patogen yang tidak disengaja dari salah satu laboratorium biologi yang terletak di wilayah Ukraina."
Menurutnya, Kementerian Pertahanan juga menghubungkan beberapa wabah penyakit yang signifikan secara ekonomi di Rusia dengan pekerjaan laboratorium biologi ini.
"Baru pada tahun 2021, kerugian akibat flu burung yang sangat menular mencapai 1,7 miliar rubel (sekira Rp 235 miliar), karena 6 juta ekor unggas harus dimusnahkan."
"Pada saat yang sama, di negara-negara Eropa, kerugian industri pertanian mencapai sekitar 2 miliar euro (sekitar Rp 31,7 miliar)."(TribunWow.com)