TRIBUNWOW.COM - Kesedihan masih dirasakan oleh Oleg Rubak (36) seorang ayah satu anak yang kehilangan istrinya karena invasi Rusia di Ukraina.
Oleg diketahui tinggal di Kota Zhtomyr yang terkena serangan Rusia pada Selasa (1/3/2022) malam.
Kota Zhytomyr diketahui berjarak sekitar 150 kilometer dari barat Ibu Kota Ukraina yakni Kiev/Kyiv.
Baca juga: Hari Ketujuh Invasi, Rusia Rebut Kota Besar di Ukraina, Begini Nasib Warga Sipil
Baca juga: Video Lama Jawaban Putin soal Ukraina Kembali Viral: Curang, Mereka Terang-terangan Menipu Kita
Dikutip dari Aljazeera.com, sambil menangis, Oleg menceritakan detik-detik rumahnya terkena serangan misil Rusia.
Pada Selasa malam saat itu, Rusia menyerang sebuah rumah yang ditempati oleh garnisun militer Ukraina.
Serangan misil itu terjadi dua kali dan keduanya turut mengenai rumah milik Oleg.
"Satu menit saya melihatnya pergi ke tempat tidur, satu menit kemudian di sana sudah tidak ada apa-apa," ungkap Oleg mengenang momen serangan terjadi.
"Saya harap dia sekarang berada di surga dan semua baik-baik saja untuknya."
Sempat terhenti karena menangis, Oleg kemudian melanjutkan ceritanya.
Setelah ledakan terjadi, Oleg sempat terkubur puing-puing rumahnya.
Saat tersadar, ia menemukan ponselnya dan langsung mencari bayi perempuannya yang masih berusia 1,5 tahun.
"Dia (bayi Oleg) tidak bergerak, dan seluruh duniaku runtuh, namun saat aku memegang tangannya dan dia mulai menangis. Itu adalah suara terindah yang pernah saya dengar di hidup saya," ujar Oleg.
Oleg bercerita, ia kemudian langsung berusaha menggali puing-puing rumahnya untuk mencari sang istri yakni Katia.
Sambil menunjukkan luka di tangannya bekas menggali puing rumah, Oleg menceritakan saat itu istrinya ditemukan sudah tak bernyawa.
"Katia adalah seorang ibu rumah tangga. Dia mencintai dua hal, saya dan anak kami," ujar Oleg.
Oleg lalu mencurahkan amarahnya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Saya ingin dia mati," kata Oleg.
Menurut pejabat di Zhtomyr, serangan pada Selasa kemarin menewaskan tiga orang, dan menyebabkan 20 orang luka-luka.
Prajurit Ukraina Kecewa Dianggap sudah Mati
Sebelumnya, pemerintah Ukraina pada Jumat (25/2/2022) lalu menyatakan akan memberikan penghargaan secara anumerta kepada prajurit Ukraina yang telah gugur setelah bertahan melawan pasukan Rusia di Pulau Zmiinyi (Pulau Ular).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sendiri telah menyampaikan akan memberikan penghargaan medali dan gelar pahlawan Ukraina kepada prajurit yang gugur di Pulau Ular.
Di sisi lain pada saat itu Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan total 82 prajurit yang ada di Pulau Ular telah menyerah secara sukarela.
Baca juga: Statement Kontroversial Media Barat Bandingkan Ras Pengungsi Ukraina dengan Arab hingga Afrika
Baca juga: Adu Klaim Rusia Vs Ukraina, Putin Sewa Pembunuh Bayaran hingga Ukraina Manfaatkan Napi Pembunuh
Kini muncul video sejumlah prajurit Ukraina menyampaikan kekecewaannya terhadap pemerintah mereka karena mereka merasa dianggap sudah mati dan ditinggal begitu saja.
Video ini ditampilkan dalam kanal YouTube RT, Selasa (1/3/2022).
Prajurit pertama yang berbicara adalah Komandan unit pasukan marinir Ruslan Murenko.
"Dia (Zelensky) bahkan tidak tahu ada infantri angkatan laut di Pulau Zmiinyi (Pulau Ular)," kata Murenko.
"Mereka mengubur kita, jadi saya duga selama ini memang itu rencananya, untuk mengubur kita," sambungnya.
Kemudian prajurit kedua yang berbicara adalah Komandan baterai mortir batalion marinir Alexander Molotokov,
Molotokov menyoroti bagaimana pemerintah Ukraina telah memberikan gelar dan medali secara anumerta kepada para prajurit di Pulau Ular.
Padahal dirinya dan para prajurit lainnya masih hidup.
Molotokov menyebut, pemerintah Ukraina sudah berjanji akan melakukan evakuasi namun tidak dilakukan.
"Saya melihat mereka 'mengubur' kita meskipun kita masih hidup," kata Molotokov.
"Lalu mereka memberikan penghargaan medali kepada kita, anumerta. Kita tidak mau medali mu."
"Saya tidak dapat berkata-kata, dan untuk pemerintah kita... dapat dikatakan mereka adalah orang-orang jahat."
"Kita ditelantarkan, tidak ada bantuan."
"Mereka berjanji untuk mengevakuasi kita, dan ada kesempatan untuk mengevakuasi namun mereka tidak."
"Saya rasa bagi para petinggi kehilangan 82 prajurit bukanlah hal besar," pungkasnya. (TribunWow.com/Anung/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina