Terkini Daerah

Trauma Warga Penolak Tambang di Wadas: Anak Saya Dipukul, Ditendang, Diborgol sampai Malam

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Khamidah warga Desa Wadas, Purworejo menceritakan peristiwa ketika anaknya ditangkap pria tanpa seragan saat pengukuran lahan, Kamis (10/2/2022).

TRIBUNWOW.COM - Kisah memilukan datang dari penolak tambang di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang tak setuju menyerahkan lahannya untuk tambang batu andesit di Desa Wadas. 

Seorang warga bernama Khamidah mengaku trauma melihat keluarganya dipukuli oleh petugas saat ratusan petugas gabungan mendatangi Desa Wadas pada Selasa (8/2/2022). 

"Takut, traumanya yang dulu belum hilang kok ini malah datang lagi aparat lebih banyak, ada Satpol PP, polisi, terus itu apa intel atau apa, maksudnya orang biasa (tanpa seragam)," kata Khamidah dalam wawancara yang tayang di Youtube Kompas TV pada Kamis (10/2/2022).

Baca juga: Ketakutan dan Trauma, Sejumlah Warga Wadas Pilih Bertahan di Hutan: Kalau Aparat Lihat Bisa Dikejar

Baca juga: Pengakuan Warga Wadas, Selamatkan Diri ke Hutan, Dikejar Anjing Pelacak, hingga Dipaksa Pro Tambang

Ratusan petugas itu diketahui mendatangi Desa Wadas sejak Senin (7/2/2022). 

Mereka mendirikan tenda-tenda di dekat akses masuk Desa Wadas yang bersamaan dengan hilangnya akses listrik yang terpusat di Desa Wadas. 

Setidaknya, ada 64 warga Desa Wadas yang ditangkap pihak kepolisian dalam insiden tersebut. 

Khamidah, menyebut bahwa kebanyakan warga ditangkap oleh petugas tanpa seragam.

"Banyak banget yang menangkapi orang-orang, terutama anak saya, suami saya, tetangga," kata dia. 

Dirinya, juga membantah klaim pemerintah yang mengatakan penangkapan warga itu berlangsung tanpa kekerasan. 

Khamidah menjadi saksi di mana anaknya dipukuli oleh petugas tanpa seragam dan diborgol hingga malam.

Baca juga: Fakta Konflik di Desa Wadas, Alasan Warga Menolak Tambang hingga Respons Pemerintah

"Apalagi anak saya itu, dipukul, ditendang, diborgol sampai malam, mau salat saja tidak boleh, zuhur tidak boleh, ashar tidak boleh, jam 9 malam itu baru borgolnya dibuka," ujar dia. 

Padahal, kata Khamidah, anaknya hanya duduk-duduk di sekitar lokasi pengukuran itu. 

Khamidah tak berani memastikan pihak mana yang menangkap anaknya. 

Tetapi, dia mengatakan bahwa orang tanpa seragam itu membawa borgol dan memborgol anaknya. 

"Ditangkap sama orang-orang, enggak tahu, enggak dikenal polisi juga bukan, itu maksudnya apa?" katanya. 

Selain itu, Khamidah juga protes dengan kedatangan ratusan aparat ke satu desa di Purworejo itu. 

Pasalnya, tidak pernah ada pemberitahuan kepada warga sebelum pihak kepolisian datang. 

Khamidah sendiri mengaku berada di barisan penolak tambang di Desa Wadas. 

Karena itu, Khamidah tak terima jika dikatakan penolak tambang menghalang-halangi proses pengukuran lahan pihak pro tambang. 

"Kalau mau ngukur tanahnya yang pro, kita tidak menghalangi, silakan. Kok tahu-tahu kayak gitu, diberita kok kayaknya sini yang buat keonaran. Maksudnya itu gimana?" katanya lagi. 

Simak keterangan Khamidah di bawah ini:

Mulai dari
Halaman