TRIBUNWOW.COM - Menggunakan modus mengajari tenaga dalam, seorang guru di pondok pesantren di Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat diduga kuat sudah mencabuli lebih dari tiga santriwati.
Kasus pencabulan ini terjadi sejak tahun 2019-2021 namun baru terungkap pada Januari 2022 setelah satu korban berani melaporkan aksi bejat pelaku.
Pihak kepolisian mengonfirmasi aksi pencabulan pelaku dilakukan di lingkungan pondok.
Baca juga: Gadis di Sukabumi Pulang seusai 22 Hari Hilang, Keluarga Tak Percaya Korban Pulang Sendiri
Baca juga: Ngaku Khilaf, Herry Wirawan Siap Nikahi 13 Korban yang Dirudapaksanya, KPAI: Niat Jahatnya dari Awal
Dikutip dari Kompas.com, hal ini disampaikan oleh Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Ibrahim Tompo.
Kombes Tompo menyebut, pelaku bisa membuat korban tak sadar saat mau melakukan pencabulan.
"Modusnya itu dia memanggil korbannya untuk diajari tenaga dalam. Namun saat dipijit-pijit punggung, tiba-tiba korban menjadi tak sadar. Akhirnya dilakukanlah pencabulan pada saat kondisi tak sadar tersebut," ucap Kombes Tompo di Mapolda Jabar, Sabtu (8/1/2022).
Meskipun sudah terungkap tiga korban, polisi akan terus melakukan pengembangan untuk mencari tahu apakah ada korban lainnya.
"Kalau memang ada korban kita akan tetap melakukan proses terhadap korban-korban yang lain tapi memang sampai sekarang belum lagi ada laporan terkait kasus tersebut," ujar Kombes Tompo.
Korban Trauma Sering Pingsan
Mirisnya, ada korban yang terus-terusan pingsan ketika ingat apa yang dilakukan oleh pelaku terhadapnya.
Dikutip dari TribunJabar.id, Senin (10/1/2022), fakta ini disampaikan oleh Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bandung, Ade Irfan Al-Ansory.
Menurut keterangan Ade, pelaku beraksi dengan cara menghipnotis para korban.
"Diduga pelaku menggunakan metode tipu muslihat, kalau saya simpulkan. Kemungkinan masih banyak korbannya karena yang lainnya ada yang diduga dicabuli juga," kata Ade.
Hipnotis yang dilakukan pelaku membuat para korbannya tidak bisa melawan.
"Korban yang disetubuhi memang di bawah umur. Yang kemarin mengakui ada tiga orang. Tapi memang hasil pengawasan kami justru lebih dari tiga orang. Namun kemungkinan tidak berani mengakui karena takut tercemar atau lainnya," ujar Ade.