Terkini Daerah
Dugaan Kekerasan Fisik Sekolah Penerbangan di Batam, Siswa Diborgol hingga Dipenjara Berbulan-bulan
Sembilan siswa sekolah penerbangan di Kota Batam diduga menjadi korban kekerasan.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Sembilan siswa sekolah penerbangan di Kota Batam diduga menjadi korban kekerasan.
Dilansir TribunWow.com, para siswa tersebut mengaku mengalami kekerasan fisik hingga dimasukkan ke dalam sel tahanan.
Kasus ini terungkap setelah orangtua siswa melapor ke Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Batam pada 25 Oktober 2021 lalu.
Ternyata, KPAD Batam dan Komisi Perlindungan Anak Indoensia (KPAI) sudah pernah menerima laporan kekerasan di sekolah itu sejak 2017 lalu.
Ketua KPAD Kota Batam, Abdillah menyebut pihaknya sudah melakukan pengecekan di SMK Sekolah Penerbangan (SPN) Dirgantara Batam beberapa waktu lalu.
Baca juga: Bantah Legalkan Seks Bebas di Kampus, Nadiem: Kekerasan Seksual Itu adalah Secara Paksa
Baca juga: 4 Fakta Mahasiswa UNS Tewas saat Diklat Menwa, Korban Meninggal Bukan di RS, Ada Bekas Kekerasan
Hasilnya, pihaknya menemukan sejumlah fakta seusai pengakuan siswa yang melapor.
Selain mengalami kekerasan fisik, para siswa disebutnya juga sempat dimasukkan ke sel tahanan.
"Korban tidak hanya mendapat kekerasan fisik tapi juga pemenjaraan bahkan sampai berbulan-bulan," ungkap Abdillah, dikutip dari Kompas.com, Jumat (19/11/2021).
Menurut Abdillah, pihaknya tak hanya menerima laporan tulisan.
Ia juga menerima bukti berupa foto dan video saat siswa SMK SPN Dirgantara Batam dianiaya di dalam sel tahanan.
Sel tahanan di sekolah tersebut berupa ruang sempit beralaskan karpet dan satu dipan berkasur tanpa alas.
Dalam video dan foto yang diterima KPAD Kota Batam, terlihat sejumlah siswa dalam kondisi diborgol dan dirantai di dalam sel.
Ada pula siswa lainnya yang berada di dalam sel sembari menggunakan pakaian tahanan berwarna oranye.
Abdillah menduga tak hanya sembilan siswa itu yang mengalami kekerasan fisik di sekolah.
"Kami juga menduga bahwa sebenarnya ada siswa lain yang menjadi korban. Tapi saat ini baru hanya 9 orang ini saja yang berani bersuara, mengenai kekerasan yang mereka alami di lingkungan sekolah," tuturnya.