"Cabutlah orang itu. Saya berpikir pasti buat laporan polisi mereka. Jadi hubungi adik saya yang polisi. Konsultasi saya melalui telepon sama dia," katanya.
Ketika berbincang bersama Aipda Eko yang merupakan adiknya, Edi mendapat kabar dari istrinya bahwa rumahnya diserbu oleh puluhan orang.
"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri, bilang di rumah sudah ramai, diserang orang. Gitu mau masuk komplek, saya lihat sudah ramai, padat komplek saya, mobil semua penuh," tuturnya.
"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Pakai samurai, ditombak juga mobil saya tapi saya menghindari," kata Edi.
Edi mengaku turut mendengar suara letusan senjata api sebanyak dua kali namun tidak tahu siapa yang memakai senpi tersebut.
Namun, kata Edi, asal suara bersumber dari kerumunan anggota ormas yang menyerang rumahnya.
Ketika rumah Edi diserbu oleh puluhan anggota ormas tersebut, datang Aipda Eko naik motor dan langsung mencoba melerai kericuhan yang terjadi.
Alih-alih menenangkan situasi, Aipda Eko justru kena bacok hingga nyaris tewas.
Plt Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Rafles Langgak Putra Marpaung mengatakan, sebelumnya kasus ini sempat ditangani Polsek Helvetia.
"Karena tingkat kesulitan dan kerawanan kasusnya (lebih tinggi), maka lebih baik ditangani Polrestabes Medan," kata Rafles, Senin (1/11/2021).
Dia mengatakan, bahwa benar pelaku penyerangan yang hendak membunuh Aipda Eko Sugiwan adalah preman anggota ormas tertentu.
Namun, penyerangan itu dilakukan bukan atas nama ormas para preman.
"Mereka tidak mengatasnamakan FKPPI. Tidak pakai seragam FKPPI. Jadi belum bisa saya katakan diserang ormas FKPPI," katanya. (TribunWow.com/Anung)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Kapolda Sumut Bilang Enggak Ada Preman, Anggotanya Malah Dibacoki Hendak Dibunuh Anggota OKP, Polisi Dibacok Preman dan Hendak Dibunuh, Kasat Reskrim: Mereka Tidak Pakai Seragam, dan Oknum Polisi Nyaris Dibunuh Preman, Kapolrestabes Medan: Sudah Ada Tersangkanya