TRIBUNWOW.COM – Pfizer mengklaim pil antivirus eksperimental yang dikembangkannya untuk melawan Covid-19, mampu memangkas 89 persen risiko rawat inap hingga kematian untuk pasien dewasa, Jumat (5/11/2021).
Dilansir dari Reuters, CEO Pfizer Albert Bourla berjanji akan membuat “senjata baru” untuk melawan pandemi virus corona dan akan tersedia secara global secepat mungkin.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa obat Pfizer berhasil melampaui molnupiravir buatan Merck and Co, yang diklaim dapat mengurangi 50 persen kemungkinan kematian atau pun kebutuhan perawatan di rumah sakit pada pasien berisiko tinggi.
Baca juga: Antisipasi Gelombang Ketiga Lonjakan Covid-19, Molnupiravir akan Ada di Indonesia pada Akhir Tahun
Baca juga: Ingin Obat Covid-19 Molnupiravir Bisa Diproduksi di Indonesia, Luhut dan Menkes Agendakan ke AS
Pil Pfizer yang menggunakan nama Paxlovid, diharapkan dapat memperoleh izin dari regulator Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun ini.
Pfizer mengatakan pihaknya berencana untuk menyerahkan hasil uji coba sementara ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) sebelum 25 November.
Sementara itu, pengujian sudah dihentikan lebih awal karena tingkat keberhasilannya yang tinggi.
Presiden Joe Biden mengatakan pemerintah AS telah mengamankan jutaan dosis obat Pfizer.
“Jika disahkan oleh FDA, kami mungkin akan segera memiliki pil untuk mengobati virus pada mereka yang terinfeksi," kata Biden.
"Terapi ini akan menjadi alat baru di kotak peralatan kami untuk melindungi masyarakat dari dampak terburuk Covid-19,” tambahnya.
Pil Pfizer diberikan dengan dikombinasi bersama antivirus yang disebut ritonavir, dua kali sehari masing-masing tiga butir.
Pengembangan terapi tersebut sudah berlangsung hampir dua tahun.
Pil yang diklaim sebagai obat Covid-19 seperti dari Pfizer dan Merck sangat ditunggu-tunggu, karena saat ini pilihan yang tersedia untuk merawat pasien sangat terbatas.
Namun, data uji coba lengkap belum tersedia dari kedua perusahaan.
Diungkapkan oleh CEO Pfizer, saat ini perusahaan sedang dalam negosiasi dengan 90 negara mengenai rencana memasok Paxlovid.
"Tujuan kami adalah agar semua orang di dunia dapat memilikinya secepat mungkin," kata CEO Pfizer, Albert Bourla.