Terkini Internasional

Viral Warga China Pakai Alat Nonaktifkan Speaker Jarak Jauh karena Takut Tegur Geng Nenek Penari

Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bentuk alat penonaktif speaker yang dipakai warga China (kiri), salah satu geng nenek penari yang berolahraga hingga malam hari (kanan). Warga China kendalikan geng nenek penari yang suka mengambil alih taman untuk berolahraga menggunakan musik keras dengan perangkat nonaktifkan speaker.

Kegiatan itu memungkinkan wanita yang lebih tua yang banyak di antaranya tinggal sendiri atau dengan anggota keluarga yang lebih muda, untuk bersosialisasi.

Mereka membentuk ikatan yang kuat, hingga sering berbelanja atau melakukan kegiatan lain bersama, termasuk investasi kelompok, lapor South China Morning Post.

“Banyak peserta yang sudah pensiun, anak-anaknya sudah tidak ada lagi. Menari di alun-alun menjadi tempat bagi mereka untuk memiliki kehidupan sosial.”

Media pemerintah menggambarkan kegiatan tersebut sebagai cara positif dan efektif untuk mengurangi beban medis dan keuangan serta meningkatkan kualitas hidup orang tua.

Tetapi, warga di sekitar taman umum dan lapangan mengeluh bahwa hal itu menjadi di luar kendali.

Kelompok-kelompok nenek menari memainkan musik mereka di daerah-daerah kecil, dan menggertak siapa saja yang mencoba untuk menegur mereka.

Banyak warga China takut untuk menegur geng nenek menari tersebut yang mengambil alih taman umum dan lapangan untuk berolahraga menggunakan musik yang keras. (YouTube/CBS News)

Video dan laporan yang viral di media sosial menunjukkan kelompok-kelompok yang berdebat dan berkelahi dengan pemain bola basket yang ingin menggunakan lapangan.

Dalam satu kasus, geng nenek penari memasuki lapangan sepak bola dan menghentikan permainan untuk berolahraga di tempat itu.

Tindakan tersebut memicu respons polisi hingga dilakukan penangkapan.

Pada 2019, Kota Tianjin menambahkan peraturan baru tentang promosi perilaku beradab, yang memungkinkan polisi untuk mendenda geng nenek penari hingga Rp 1 juta, jika musik mereka dimainkan terlalu keras di depan umum.

Baca juga: Kontes Bangunan Terjelek di China, Mulai Boneka Raksasa 72 Meter hingga Jembatan Sambutan ke Neraka

Beberapa perselisihan telah meningkat menjadi kekerasan.

Di Shijiazhuang, para warga melawan nenek-nenek dengan menyebarkan tahu bau, cat, dan oli mesin saat mereka berolahraga.

Satu laporan media menggambarkan seorang penduduk membuang kotoran manusia ke luar jendela ke arah geng nenek penari.

“Sebagian besar adalah penduduk dari era Pengawal Merah, mereka tidak menghormati masyarakat atau lingkungan,” kata seorang pemuda di Guiyang, yang tidak mau disebutkan namanya.

“Menari adalah masalah yang tersisa dari sejarah. Banyak orang tua merasa bahwa seluruh China dibangun oleh generasi mereka. Mereka memiliki suara dan status mutlak. Kami kaum muda tidak melakukan apa-apa, dan tentu saja tidak memenuhi syarat untuk menanyai mereka.”

Halaman
123