Namun, Mujahid menambahkan Afghanistan membutuhkan dukungan internasional untuk membuat petani beralih dari perdagangan narkoba.
Isu terkait larangan penanaman opium menyebar ke seluruh provinsi.
Pembeli bersiap menghadapi kelangkaan opium yang mengancam.
“Sehingga harga opium melonjak,” kata Zekria.
Selama masa pemerintahan Taliban sebelumnya, sekitar tahun 2000, mereka melarang penanaman opium.
Taliban menyatakannya dilarang dalam Islam.
Mereka juga hampir membasmi tanaman tersebut.
Namun, setelah penggulingan Taliban yang dipimpin Amerika Serikat (AS) pada 2001, pertanian opium kembali berkembang.
Bahkan ketika negara-negara barat menggelontorkan jutaan dolar untuk mendorong pertanian alternatif, seperti kunyit.
Saat melakukan pemberontakan melawan pimpinan AS, Taliban juga mengandalkan penjualan opium untuk membiayai upaya tersebut.
Baca juga: Laporan Rahasia Terungkap, Bank Sentral Afghanistan Sudah Kehabisan Uang sebelum Kemenangan Taliban
Baca juga: Bom Meledak di Masjid Kabul saat Upacara Pemakaman Ibu Juru Bicara Taliban, 5 Orang Tewas
Lonjakan harga di pasaran dan kondisi perekonomian yang memburuk di Afghanistan, membuat para petani serta pedagang opium tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka.
"Kami tidak dapat menumbuhkan apa pun saat ini," kata Masoom.
Zekria, satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga yang terdiri dari 25 orang, menyetujui pendapat itu.
"Tanpa opium, saya bahkan tidak bisa menutupi pengeluaran saya," ujarnya.
“Tidak ada solusi lain kecuali masyarakat internasional membantu kami".