TRIBUNWOW.COM - Infeksi Covid-19 dikonfirmasi bisa menyebabkan kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia yang membawa risiko penyakit parah.
Hiperglikemia juga merupakan ciri inti diabetes, dikaitkan dengan peradangan dan melemahnya kekebalan terhadap infeksi, dan diakui sebagai faktor risiko signifikan untuk Covid-19 parah di awal pandemi.
Dilansir dari Business Standard, dalam studi yang dilaporkan dalam jurnal Cell Metabolism, para peneliti menemukan bahwa infeksi mematikan menginduksi hiperglikemia dengan mengganggu produksi sel lemak dari adiponektin.
Baca juga: Studi Ungkap 37% Penyintas Dinyatakan Alami Long Covid, Ini Urutan Gejala yang Sering Dialami
Baca juga: Studi Nyatakan Obat Pil Ini Dinyatakan Efektif Lawan Covid-19 Termasuk Varian Delta
Adiponektin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel lemak yang biasanya memiliki efek perlindungan terhadap diabetes dengan meningkatkan sensitivitas insulin.
"Kami biasanya tidak berpikir bahwa sel-sel lemak sangat aktif, tetapi sebenarnya mereka mensintesis banyak protein pelindung untuk tubuh Anda, dan tampaknya SARS-CoV-2 dapat menonaktifkan perlindungan itu pada banyak pasien," kata James Lo, Associate Profesor kedokteran dan ahli jantung di New York-Presbyterian/Weill Cornell Medical Center, Sabtu (1/9/2021).
Untuk penelitian ini, tim menganalisis catatan 3.854 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dalam beberapa bulan pertama pandemi di Amerika Serikat (AS).
Mereka menemukan bahwa proporsi yang sangat tinggi yaitu 49,7 persen dari pasien ini mengalami hiperglikemia dan beberapa mengalaminya selama mereka dirawat di rumah sakit.
Dibandingkan dengan pasien dengan kadar gula darah normal, pasien dengan hiperglikemia sembilan kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi paru-paru parah (acute respiratory distress syndrome, atau ARDS).
Mereka juga 15 kali lebih mungkin mendapat perawatan dengan bantuan oksigen ventilasi mekanis, dan tiga kali lebih mungkin meninggal.
Tes lebih lanjut juga mengungkapkan bahwa pasien ARDS Covid-19 mengalami penurunan kadar adiponektin darah yang parah.
Baca juga: Waspada saat isolasi Mandiri, Studi Sebut Infeksi Covid-19 Ringan Juga Bisa Berdampak pada Otak
Hiperglikemia juga terjadi pada pasien dengan influenza berat atau pneumonia bakteri, terutama oleh kematian atau disfungsi sel beta yang memproduksi insulin, yang merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah.
“Sebaliknya, hiperglikemia pada pasien Covid-19 terutama disebabkan oleh resistensi insulin, di mana insulin ada tetapi jaringan yang biasanya bekerja tidak lagi sensitif terhadapnya,” kata penulis pertama Moritz Reiterer, seorang rekan postdoctoral di Center.
"Pasien dengan obesitas, misalnya, mungkin lebih rentan terhadap Covid-19 karena mereka mungkin sudah memiliki beberapa tingkat resistensi insulin dan disfungsi sel lemak, dan mungkin sel lemak mereka lebih rentan terhadap infeksi," tambah Lo
Risiko Diabetes setelah Sembuh
Selain naiknya kadar gula, pasien Covid-19 juga memiliki risiko untuk mengalami diabetes setelah mereka sembuh dari masa infeksi.
Prof Shuibing Chen, pakar diabetes dari Weill Cornell Medicine di New York, Amerika Serikat menjelaskan faktor yang bisa menyebabkan pasien Covid-19 terkena diabetes yang telah membuat peningkatan pasien diabetes di banyak negara.
Studinya dipresentasikan pada pertemuan tahunan Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes pada Rabu (29/9/2021).
Dia melaporkan bahwa Covid-19 dapat menginfeksi sel di pankreas yang merupakan organ pembuat insulin.
"Ini bisa memberikan wawasan lebih lanjut tentang mekanisme patologis Covid-19,” katanya dalam presentasinya, dikutip dari The Guardian.
Dikatakan bahwa selain keparahan infeksi dan efek jangka panjang pada penyintas Covid-19, penyakit ini juga banyak membuat dokter khawatir karena meningkatnya jumlah pasien yang menderita diabetes baik saat masa infeksi Covid-19, atau setelah pulih darinya.
Awalnya, ini diduga karena penggunaan steroid pada pasien Covid-19 yang parah, namuna ada juga sedikit kasus di mana pasien bergejala ringan menjadi diabetes setelah terinfeksi Covid-19.
Berbagai teori telah dikemukakan untuk menjelaskan peningkatan ini.
Salah satunya adalah virus menginfeksi sel pankreas melalui reseptor ACE2 yang sama yang ditemukan di permukaan sel paru-paru, dan mengganggu kemampuannya memproduksi insulin.
Insulin adalah hormon yang membantu tubuh mengatur kadar glukosa dalam darah.
Respons antibodi yang berlebihan terhadap virus dapat secara tidak sengaja merusak sel pankreas, atau peradangan di tempat lain di tubuh mungkin membuat jaringan kurang responsif terhadap insulin.
Untuk menyelidikinya, Prof. Chen menyaring berbagai sel dan organoid atau kelompok sel yang tumbuh di laboratorium yang meniru fungsi organ.
Untuk mengidentifikasi mana yang dapat terinfeksi oleh Covid.
Hasilnya menunjukkan bahwa organoid paru-paru, usus besar, jantung, hati, dan pankreas semuanya dapat terinfeksi, seperti halnya sel-sel otak yang memproduksi dopamin.
Eksperimen lebih lanjut mengungkapkan bahwa sel beta penghasil insulin di dalam pankreas juga rentan, dan setelah terinfeksi, sel-sel ini menghasilkan lebih sedikit insulin, serta hormon yang biasanya diproduksi oleh sel pankreas yang berbeda.
“Kami menyebutnya transdiferensiasi,” kata Chen.
“Mereka pada dasarnya mengubah nasib seluler mereka, jadi alih-alih menjadi sel beta hardcore yang mengeluarkan banyak insulin, mereka mulai mencampur hormon yang berbeda."
Belum jelas apakah perubahan yang dipicu oleh infeksi Covid ini bertahan lama.
Hal itu juga membuat kesulitan untuk mengukur seberapa lama penyintas Covid-19 masih memiliki risiko diabetes.
“Namun, kita tahu bahwa beberapa pasien yang kadar glukosa darahnya sangat tidak stabil ketika mereka berada di unit perawatan intensif dan pulih dari Covid-19, beberapa di antaranya juga pulih (pengendalian glukosa), menunjukkan bahwa tidak semua pasien akan permanen,” kata Chen. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya