"Tapi kadang sulit dipakai, kalau sudah begitu terpaksa pinjam ponsel milik saudara," ungkapnya.
Kerja Garap Lahan Palawija
Ngadiono kini tetap berupaya menyisihkan uang hasil panen yang didapatnya untuk kebutuhan sehari-hari.
Ia menggarap lahan palawija milik Perhutani, sedangkan ternak yang tinggal bersamanya sebagian milik saudara.
Reaksi Kepala Dukuh
Dukuh Kedungranti Tukiyarno mengatakan keluarga tersebut sejak awal terdaftar sebagai warganya.
Adapun kandang yang mereka tempati didirikan sendiri oleh Ngadiono dengan hasil panennya.
"Sebenarnya dilarang mendirikan kandang ternak di situ, tapi mungkin agar memudahkan pekerjaannya juga," jelas Tukiyarno.
Ia mengatakan upaya bantuan sudah coba dilakukan, antara lain mendirikan rumah bagi keluarga Ngadiono.
Namun karena tidak ada tanah, maka upaya tersebut mandek di tempat.
Meski begitu, Tukiyarno mengatakan pihaknya berencana mendirikan rumah semi permanen.
Adapun rumah tersebut akan dibangun di tanah kas kalurahan, tidak lagi di pinggir Sungai Oya.
"Sebab di sana rawan banjir dan pernah terjadi, jadi kami berencana memindahkan mereka ke tanah kas kalurahan dulu," katanya. (Tribun Jogja/Alexander Aprita)
Berita terkait Peristiwa di Gunungkidul Lainnya
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Terlilit Utang, Satu Keluarga di Gunungkidul Terpaksa Tinggal di Kandang Sapi