Garis pertahanan kedua ini dapat memberikan perlawanan secara menakjubkan yang melibatkan pembuatan sel pembunuh, yaitu sel T.
Karena itu, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 memiliki sistem kekebalan yang lebih mampu menghadapi virus itu di dalam darahnya.
Seperti kebanyakan infeksi virus, suhu tubuh meningkat dalam upaya untuk membunuh virus.
Selain itu, sel darah putih mengejar infeksi, beberapa menelan dan menghancurkan sel yang terinfeksi, yang lain membuat antibodi yang mencegah virion menginfeksi sel inang.
Sedangkan yang lain lagi membuat bahan kimia yang beracun bagi sel yang terinfeksi.
Covid-19 mudah diatasi jika hanya menginfeksi saluran pernapasan bagian atas atau di sekitar pita suara.
Namun jika sistem imun gagal melawan virus, Ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.
Orang tanpa riwayat penyakit pernapasan seringkali hanya memiliki gejala ringan, tetapi ada banyak laporan tentang infeksi berat pada anak muda yang sehat, serta infeksi ringan pada orang yang diperkirakan rentan.
Baca juga: Tingginya Infeksi Covid-19 pada Anak di Indonesia, Berikut 5 Faktor Penyebabnya
Jika virus dapat menginfeksi saluran napas bagian bawah, virus ini menciptakan kekacauan di paru-paru, membuatnya sulit bernapas.
Maka dari itu pasien Covid-19 meski tidak merasakan gejala dianjurkan untuk menjaga pola hidup sehat dan menjaga daya tahan tubuhnya.
Itu dilakukan untuk mencegah virus menyebabkan infeksi yang lebih parah.
Jika infeksi telah merusak paru-paru, dalam kondisi terparah mereka tidak akan mampu memberikan oksigen ke seluruh tubuh, dan pasien akan memerlukan ventilator.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) mencatat hal itu terjadi pada 3 persen hingga 17 persen dari semua pasien Covid-19.
Selain itu disebutkan juga bahwa adanya penyakit penyerta yang menyebabkan sistem kekebalan yang lemah adalah penyebab utama kematian lainnya.
Hingga kini pemberian vaksin masih dianggap paling efektif untuk mencegah perburukan.