Terkini Daerah

Bohongi Keluarga Santri yang Tewas Dihajar Senior, Pesantren Sempat Tawarkan Pulangkan Jasad Korban

Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aula Pesantrean Darul Arafah yang menjadi lokasi penganiayaan Furqan Wahyu Alfatah, Senin (7/6/2021).

TRIBUNWOW.COM - Pihak kepolisian telah berhasil membongkar aksi penganiayaan yang terjadi di Pesantren Darul Arafah, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Sabtu (5/6/2021).

Dalam peristiwa itu seorang santri berinisial FWA (14) tewas setelah dihajar oleh seniornya ALH (17).

Setelah korban tewas, pihak pondok pesantren (ponpes) sempat berbohong kepada keluarga korban bahwa korban tewas karena jatuh.

FWA, santri pesantren yang ada di Kutalimbaru tewas diduga digebuki kakak kelasnya, Minggu (6/6/2021). (HO / Tribun Medan)

Baca juga: Bunuh Istri dan Anaknya, Pria di Kaltim Pernah Ditegur Gara-gara Zikir Tanpa Busana

Dikutip TribunWow.com dari Tribun-Medan.com, fakta itu disampaikan oleh ayah korban Wahyudi.

Wahyudi bercerita, pada Minggu (6/6/2021), ia mendapat telepon dari pihak ponpes bahwa anaknya meninggal dunia.

"Waktu itu kami dapat telepon dari pihak pesantren, namanya pak Harun. Waktu itu istri saya yang mengangkat dan langsung nangis-nangis," kata Wahyudi, Rabu (16/6/2021).

Wahyudi bercerita, kala itu pihak pesantren menyebut FWA tewas karena jatuh dari aula.

Pihak ponpes lalu menawarkan untuk mengantarkan pulang jenazah FWA sampai ke rumah.

Pada saat itu, Wahyudi dan keluarganya memutuskan untuk menjemput langsung FWA ke pesantren.

Sesampainya di pesantren, kecurigaan mulai muncul ketika istri dan kakak ipar Wahyudi melihat jenazah FWA.

"Sampai di sana, saya lihat, karena istri saya dan kakak ipar saya bidan desa jadi sedikit paham kesehatan," ungkap Wahyudi.

"Kami lihat jenazah anak, ini bukan jatuh biasa lalu pingsan. Ini dianiaya ini. Lalu, pihak pesantren memanggil kami dan dikumpulkan bersama," lanjutnya.

Ketika keluarga korban mulai curiga, pihak ponpes baru mau mengaku bahwa FWA sesungguhnya tewas akibat dianiaya.

Harun selaku perwakilan dari pesantren kala itu langsung meminta maaf kepada keluarga korban dan berjanji tak akan menutupi kasus penganiayaan tersebut.

"Sekarang, saya baru sadar ada yang mau ditutup-tutupi seandainya saya, yang mungkin orang kampung, sehingga tidak mengerti masalah hukum. Jadi, mungkin kalau jenazah diantar langsung, masalah jadi selesai," ungkap Wahyudi.

Halaman
12