Ia kemudian menceritakan kepada Garil, apa yang ia percayai kala itu.
Ali Imron mengakui dirinya memiliki kepercayaan bahwa aksi pembunuhan masal yang dilakukan olehnya memiliki dasar yang dapat dibenarkan.
"Satu yang saya ingat, apakah jihad melawan atau membalas Amerika dengan cara melakukan pengeboman terhadap orang-orang Bule di Bali itu benar menurut Islam atau fiqih jihad," paparnya.
"Bahkan menurut Osama bin Laden, ini benar," lanjut Ali Imron.
Kala itu, Ali Imron menjelaskan target pengeboman ia pilih lantaran di wilayah tersebut paling banyak terdapat orang asing.
"Pilih diskotek atau klub yang paling banyak bulenya," ujarnya.
"Kami dapatilah Sari Club dan Paddies Pub yang berseberangan jalan," tambah Ali Imron.
Ali Imron mengatakan dirinya menjelaskan semua hal tersebut untuk menyampaikan fakta yang terjadi kala itu.
"Saya cerita seperti ini bukan karena saya bangga, saya menyampaikan fakta," terangnya.
Ali Imron mengatakan kebahagiaan masa kecil adik-adiknya menjadi terenggut akibat aksi keji Ali Imron.
"Teman-teman saya diantar Bapaknya, adik-adik saya sekolah SD tak pernah merasakan diantar Bapaknya ke sekolah," kata Garil.
Seusai mendengarkan luapan kesedihan Garil, Ali Imron memahami sebagai korban Garil merasa tersiksa, namun di sisi lain, ia justru mengatakan kepada Garil bahwa dirinya lebih tersiksa.
Hal tersebut karena Ali Imron menyadari kesalahannya tidak akan bisa ditebus.
"Kamu cerita seperti ini, saya tahu kamu tersiksa, tapi saya lebih tersiksa," kata Ali Imron.
"Kesalahan yang saya lakukan itu tidak bisa ditebus oleh apa pun, itu saya sadar dan saya yakin sampai sekarang."
"Yang bisa saya lakukan hingga sekarang, setiap kesempatan, pasti saya sampaikan permohonan maaf saya kepada korban, keluarga korban dan semuanya yang dirugikan dalam pengeboman di Bali," lanjutnya. (TribunWow.com/Anung)
Berita lain terkait Kasus Terorisme