Namun, Echa masih tetap tertidur pulas dan hanya diinfus.
Karena tak ada perubahan, Echa lantas kembali dibawa pulang.
"Selama dia di rumah sakit, dia hanya di infus. Mending kami bawa pulang dan rawat di rumah," sambungnya.
"Kami coba bangunkan kalau kami suap agar dia tak kelaparan. Buang air juga begitu."
Menurut Mulyadi, anaknya sudah dua kali tertidur selama empat bulan terakhir.
Ia pun berharap Echa bisa kembali terbangun dan hidup seperti manusia pada umumnya.
"Dalam empat bulan ini dia sudah tertidur selama dua kali, terakhir Desember 2020, setelah itu sembuh dan sekarang tidur lagi."
Mulyani sebenarnya ingin membawa Echa berobat ke Jakarta.
Baca juga: Tidur selama 13 Hari Tanpa Henti, Ternyata Ini Mimpi Echa Si Putri Tidur dari Banjarmasin
Namun karena tak ada biaya, ia memilih merawat Echa di rumah.
"Ingin sih (berobat ke Jakarta) tapi ya mau gimana lagi, enggak ada biaya," jelas Mulyadi.
Penghasilan Mulyadi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan sang istri sebagai instruktur senam, tak cukup membawa Echa berobat ke Ibu Kota.
Sebelumnya, Echa juga pernah dibawa ke dokter saraf.
Semua hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi Echa yang normal.
"Hasil pemeriksaan semuanya normal saja. Sebelum kami bawa ke rumah sakit, dia memang sempat kejang-kejang. Itulah mungkin dia didiagnosa epilepsi."
Kini, Mulyadi dan istrinya hanya bisa pasrah melihat kondisi Echa.
Ia berharap ada pihak yang berbaik hati menolong biaya perawatan Echa.
"Siapa tahu pemerintah mau membantu," tandasnya. (TribunWow.com)
Artikel ini telah diolah dari Kompas.com dengan judul Diduga Idap Sindrom Putri Tidur, Echa Tertidur Selama 7 Hari, Dokter Sempat Diagnosis Epilepsi, dan Tak Ada Biaya, Echa Pengidap Sindrom Putri Tidur Tak Mampu Berobat ke Jakarta