Menurut penelitiannya yang telah diterima oleh para ahli astronomi internasional, bulan terlihat dengan posisinya dari jarak matahari (sudut azimutnya) 8 derajat dan posisi ketinggian diatas ufuk 5 derajat.
Dia menyatakan, sangat mustahil jika ada sebagian pendapat yang menyatakan posisi ketinggian bulan di bawah 5 derajat diatas ufuk bisa terlihat dengan mata.
Sedangkan MABIMS termasuk Indonesia membuat kriteria imkan al-rukyat, menyatakan bahwa ukuran posisi hilal dapat terlihat pada ketinggian 20 derajat.
Jarak elongasi sudut azimutnya 3 derajat dan jarak saat ijtimak dan waktu terbenam matahari 8 jam.
Kriteria MABIMS ini lebih rendah dari pada kriteria Istambul.
Kriteria yang terakhir ini digunakan Malaysia Singapura dan Brunei, sedangkan lndonesia masih belum ada perbedaan dan belum ada kesepakatan tentang kriteria tersebut.
Secara astronomi penampakan hiIaI baru akan kelihatan setelah satu hari atau dua hari dari garis mu’ayanah.
Dalam penentuan hilal awal bulan banyak ter jadi perbedaan pandangan dan pendapat.
Menurut pandangan penulis bahwa perpaduan metode perhitungan secara hisab-matematik-astronomi dan ru’yat al-hilal tetap harus dilakukan untuk menguji ke sahihan, kepastian dan menambah keyakinan bahwa antara metode hisab dan ru’yat tidak saling bertentangan, satu sama lain saling melengkapi, karena hisab yang akurat sepanjang dilakukan dengan kehati-hatian.
Mengapa Perlu Melihat Hilal?
Puasa merupakan ibadah yang terbatasi dengan waktu.
Puasa tidak dapat dilaksanakan jika tidak berada pada waktu bulan Ramadhan dan dia sebenarnya salah satu bentuk perantara agar dapat bertemu dengan bulan haji bulan yang diharamkan Allah untuk membunuh ataupun berperang.
Sehingga, dalam penetapan awal bulan, para ulama saling beda pandangan dan pendapat Rasyid Ridha mengatakan bahwasanya dalam penentuan sebuah waktu, maka seorang yang alim (Ulama’) lebih mudahnya secara hisab.
Dikutip dari Kompas.com, astronom amatir, Marufin Sudibyo menyebutkan bahwa hilal dinyatakan secara tekstual dalam sabda Nabi SAW:
“Berpuasalah (dan berhari raya) karena melihat hilal. Jika tidak terlihat maka genapkanlah.”