Ia menyinggung elektabilitas Demokrat semakin turun saat ini.
Yulianto menyimpulkan publik memang tidak menerima kepemimpinan partai keluarga.
Diketahui kedua putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat serta Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menjabat berbagai posisi strategis di partai.
Baca juga: SBY Disebut Tak Berjasa di Demokrat, Jansen Sitindaon Langsung Beberkan 4 Peran SBY untuk Partai
"Bapaknya ketua umum, anaknya sekjen. Rakyat enggak bodoh, baru pertama dalam sejarah politik Indonesia saat pemilu terbuka 1955, bapaknya ketua umum partai, anaknya sekjen," papar Yulianto.
"Terus kemarin hasil KLB (kongres luar biasa), bapaknya ketua majelis tinggi, anaknya ketua umum, anaknya yang satu menjadi ketua fraksi, merangkap wakil ketua umum, wakil banggar," lanjut mantan anggota DPR ini.
Yulianto mengklaim banyak daerah yang merasakan kerisauan dan menyampaikan aspirasi mereka melalui politikus senior Demokrat.
Ia mengakui memang tidak pernah secara langsung protes kepada SBY.
Alasan utamanya adalah tidak pernah ada kesempatan berbicara kepada SBY, bahkan setelah 15 tahun saling mengenal.
"Begini, 15 tahun kita kumpul sama Pak SBY, saya enggak mau tambah enggak mau kurang. Yang namanya dipanggil ke Cikeas, tidak ada yang namanya dialog interaktif," ungkap Yulianto.
"Jadi kita diundang ke Cikeas hanya mendengar nasihat atau pidato Pak SBY, setelah itu bubar. 15 tahun, Pak, kalau saya sudah maklum banget," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta)