Sementara itu kopilot Diego Mamahita memiliki lebih dari 5 ribu jam terbang dan terakhir kali menjalani proficiency check pada 24 Juli 2020 lalu.
Lihat videonya mulai menit 33.00:
Komunikasi Terakhit Pilot dengan ATC
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis hasil penyelidikan terhadap flight data recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Dilansir TribunWow.com, hal itu disampaikan dalam rilis pers laporan awal penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.
Diketahui KNKT sudah berhasil mengunduh dan menganalisis data dari FDR, meskipun sejauh ini cockpit voice recorder (CVR) belum ditemukan.
Baca juga: Data Black Box Sriwijaya Air SJ-182 Berhasil Diunduh, Ini Pernyataan KNKT soal Kondisi Pesawat
Menurut Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo, komunikasi terakhir pilot Sriwijaya Air dengan Air Traffic Controller (ATC) terjadi pada pukul 14.39 WIB.
Saat itu pilot Kapten Afwan dan kopilot Diego Mamahit menjawab permintaan ATC untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki.
"Ini adalah komunikasi terakhir yang terekam di rekaman komunikasi pilot ATC di Bandara Soekarno-Hatta," kata Nurcahyo Utomo, dikutip dari Kompas.com, Rabu (10/2/2021).
Setelah itu pesawat rute Jakarta-Pontianak ini jatuh pada 14.40 WIB di perairan Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) lalu.
Dikutip dari Tribunnews.com, mulanya pesawat SJ 182 berangkat sesuai dengan jalur yang ditentukan sebelumnya, yakni kode ABASA 2D.
"Data FDR merekam sistem autopilot aktif (engage) di ketinggian 1.980 kaki," kata Nurcahyo.
Pesawat mencapai ketinggian 8.150 kaki ketika pengatur tenaga mesin (throttle) sebelah kiri bergerak mundur atau tenaganya berkurang.
Baca juga: Suasana Haru Tabur Bunga bagi Korban Sriwijaya Air, Keluarga Ikhlas: Bukan Kesedihan, tapi Keteguhan
Sementara itu throttle sebelah kanan tetap.