Isu Kudeta Partai Demokrat

Pasca-isu Kudeta Demokrat untuk Lengserkan AHY, Kader Jelaskan soal Kondisi Internal Paartai

Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam konferensi pers, Senin (1/2/2021). Pascaisu kudeta atau pengambilan alih kepemimpinan Partai Demokrat menyeruak ke publik, bagaimanakah kesolidan internal di partai berlambang mercy itu?

"Popularitas itu didasarkan pada isu yang sedang berkembang. Apa yang lagi happening, itulah yang ada dibenak publik."

"Dalam seminggu ini porsi pemberitaan soal AHY dan Demokrat berlimpah karena isu kudeta," ujar Adi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (8/2/2021). 

Namun, Adi mengingatkan partai berlambang mercy itu untuk tak berpuas diri melihat popularitasnya meningkat.

Karena, menurutnya populer saja tak cukup dalam dunia politik.

Semua akan sia-sia, kata Adi, jika Demokrat tak bisa mengkonversi popularitas itu menjadi elektabilitas. 

"Dalam politik, populer saja tak cukup, tapi harus bisa dikonversi jadi elektabilitas. Di situlah Demokrat harus fokus ke depan. Setelah jadi konsumsi pemberitaan, lalu apa?" ungkapnya. 

Terlebih lagi, Adi menilai masyarakat saat ini masih belum dapat dipastikan menanggapi isu kudeta Demokrat secara positif ataupun negatif. 

"Saat ini publik terbelah dalam menyikapi isu kudeta demokrat. Terjadi tauran opini, jadi belum ketahuan siapa yang lebih kuat. Harus ada alat ukur yang objektif," tandasnya. 

Sebelumnya diberitakan, Popularitas dan favorabilitas Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Partai Demokrat melejit semenjak isu kudeta partai itu mengemuka. 

Baca juga: Survei Elektabilitas Partai Politik: Demokrat Melesat, PDIP Anjlok, Pengaruh Isu Kudeta?

Hal itu disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) DPP Partai Demokrat Tomi Satryatomo dalam diskusi Proklamasi Democracy Forum bertajuk 'Prahara Hostile Take Over Partai Politik Dalam Arena Demokrasi' secara virtual, Minggu (7/2/2021). 

Tomi menjelaskan, pihaknya membuat riset dengan cara memetakan pertarungan narasi upaya pengambilalihan paksa, menggunakan tools yang disebut sebagai social network analysis. 

"Kita lihat popularitas dan favorabilitasnya. Kita buat dua periode supaya ada perbandingan," kata Tomi. 

Tomi menguraikan, periode pertama dilakukan 7 hari sebelum AHY memberikan keterangan pers soal adanya upaya kudeta Partai Demokrat (24 Januari sampai 30 Januari). 

Di waktu itu, popularitas Partai Demokrat berada pada urutan ketiga 

"Tapi pada tanggal 31 januri sampai 6 Februari popularitasnya melejit jauh di atas 70 ribu dan favorabilitasnya pun naik jauh mengatasi partai-partai lain," ucap Tomi. 

Halaman
123