Isu Kudeta Partai Demokrat

Demi Pertahankan AHY, Pengamat Ungkap Langkah SBY saat Muncul Isu Kudeta Langsung Pegang DPC dan DPD

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pernyataannya soal hasil rekapitulasi Pemilu 2019, Rabu (22/5/2019).

Pakta loyalitas itu berisi pernyataan kesetiaan terhadap partai dan kepemimpinan AHY, komitmen melawan gerakan yang bertentangan dengan aturan kode etik, serta tetap solid di bawah kepemimpinan AHY demi memenangkan pemilu yang akan datang.

"Menurut sumber yang gue dapat, hampir semua pengurus DPD dan DPC sudah setor pakta loyalitas sebelum AHY konferensi pers atau pernyataan publik yang membuka tentang dugaan adanya kudeta," kata Arief.

Lihat videonya mulai menit ke-14.00:

Eks KSP Ingatkan Moeldoko Dapat Jabatan karena Jasa SBY

Mantan staf Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Bambang Beathor Suryadi, menganalisis pernyataan Kepala KSP Moeldoko yang terseret dalam isu kudeta Partai Demokrat.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Minggu (7/2/2021).

Diketahui, pihak Demokrat mengungkapkan dugaan isu penggulingan para petingginya yang direncanakan 5 tokoh, termasuk Moeldoko.

Baca juga: Herzaky Klaim Ada Aliran Uang di Pertemuan Kader Demokrat dengan Moeldoko, Segini Besarannya

Moeldoko juga diisukan tengah membidik pemilihan presiden (pilpres) 2024.

Menanggapi hal itu, Bambang menilai Moeldoko bisa saja dikorbankan oleh orang lain demi menggoyang Demokrat.

"Saya melihatnya begini. Bisa saja Moeldoko juga adalah korban dari permainan politik dari orang-orang yang ingin mengganggu Demokrat," komentar Bambang Beathor Suryadi.

Mantan Staf KSP, Bambang Beathor Suryadi dalam kanal YouTube Kompas TV, Senin (8/2/2021). Bambang sebut Moeldoko sebagai korban dalam isu kudeta Partai Demokrat. (YouTube Kompas TV)

Ia menyinggung video pernyataan Moeldoko yang menyebutkan dirinya tidak berambisi menjadi calon presiden di 2024.

"Kalau saya baca berulang-ulang dari video (klarifikasi) Pak Moeldoko, dia sebenarnya tidak pernah bicara 2024," lanjut Bambang.

Meskipun begitu, Bambang mengingatkan dinamika politik sangat cair sehingga bisa saja seseorang ditempatkan dalam posisi tertentu tanpa diduga.

Ia memberi contoh kedekatan Moeldoko dengan pendiri sekaligus mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Halaman
123