TRIBUNWOW.COM - Sebuah ledakan cukup keras terjadi di Kota Riyadh, Arab Saudi.
Ledakan yang mengguncang ibu kota Arab Saudi itu terjadi pada Selasa (26/1/2021) sekira pukul 13.00 waktu setempat dan didengar oleh beberapa warga sekitar.
Dikutip TribunWow.com dari DW.com, Kamis (28/1/2021), belum diketahui penyebab dari ledakan tersebut, terlebih otoritas Arab Saudi juga belum memberikan keterangannya.
Baca juga: Cerita Pilu Pasien Covid-19, Sempat Terpuruk di ICU dan Hampir Menyerah: Sudah Merasa Tidak Mampu
Baca juga: Rekam Jejak Kapolri Listyo Sigit, Jadi Kapolres Solo 2011, Ajudan Jokowi hingga Tangani Kasus Besar
Namun kabar yang beredar, berdasarkan laporan dari sebuah stasiun TV negara, Al Arabiya menyebut bahwa ledakan diakibatkan oleh serangan rudal.
Rudal tersebut diduga dihadang di angkasa oleh militer setempat sebelum sampai ke Riyadh hingga menyebabkan ledakan besar dan suara yang cukup keras.
Menurut seorang saksi mata mengaku melihat dan mendengar saat terjadinya ledakan di atas Kota Riyadh.
Menyusul terjadinya ledakan yang didengar dua kali, saksi mengaku melihat gumpalan kecil asap di langit.
"Saya mendengar suara keras dan mengira ada sesuatu yang jatuh dari langit," kata seorang warga, yang tinggal di distrik Al-Sulaimaniyah Riyadh.
"Seluruh rumah gemetar."
Terlepas apakah ada kaitannya dengan ledakan atau tidak, Bandara Internasional Raja Khaled Riyadh mengatakan ada sejumlah penundaan penerbangan.
Pihak yang mengirimkan rudal tersebut diduga adalah dari pasukan militer Houthi.
Houthi merupakan pasukan militer asal Yaman.
Baca juga: Suara Dentuman Misterius Hebohkan Warga Bali, Sempat Dikira SPBU Meledak hingga Bom
Baca juga: Bandingkan dengan Negara Lain, Pandu Riono Sebut Nakes Lansia Harusnya Bisa Ikut Divaksin Sinovac
Sebelum terjadi ledakan itu, Arab Saudi mengumumkan berhasil mencegat proyektil yang ditembakkan ke arah Riyadh.
Militan Houthi, yang didukung oleh Iran memang kerap meluncurkan beberapa serangan drone dan rudal lintas batas yang menargetkan minyak dan infrastruktur sipil.
Serangan tersebut terjadi sejak Arab Saudi memulai intervensinya di Yaman pada 2015 untuk memulihkan pemerintahan yang telah digulingkan Houthi.