Terkini Nasional

Soal FPI, Refly Harun Sayangkan Jokowi Tak Ajak Dialog Rizieq Shihab: Harusnya Presiden Percaya Diri

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun dalam kanal YouTube-nya, Minggu (3/1/2021). Refly Harun membahas soal penghentian kegiatan FPI.

TRIBUNWOW.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun menyayangkan sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal itu terkait dengan penghentian kegiatan Front Pembela Islam (FPI) hingga penangkapan Rizieq Shihab.

Refly Harun mengatakan, Jokowi harusnya menyempatkan diri berdialog dengan Rziieq Shihab.

Seperti yang diungkapkannya dalam kanal YouTube Refly Harun, Minggu (3/1/2021).

Pimpinan FPI Muhammad Rizieq Shihab menuju mobil tahanan setelah menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Minggu (13/12/2020). Rizieq Shihab diperiksa sebagai tersangka kasus kerumunan di Petamburan. (Tribunnews.com/Jeprima)

Baca juga: Bahas Penghentian FPI, Refly Harun Ungkit Kasus Penistaan Agama oleh Ahok: Bisa Jadi Mesin Pendorong

Baca juga: Kritik Penghentian FPI, Feri Amsari: Tidak Ujuk-ujuk Pemerintah Bisa Tunjuk Itu Bubar, Ini Jalan

Semenjak menjabat menjadi presiden, Jokowi disebutnya tak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan kelompok lain.

"Sementara Presiden Jokowi tidak memiliki formula, tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan kelompok-kelompok," ujar Refly.

"Yang harusnya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dia harusnya memiliki kemampuan itu."

"Kemampuan untuk merangkul semua golongan, bukan kemampuan untuk memukul," tambahnya.

Refly menambahkan, seorang presiden seharusnya bisa merangkul semua kelompok.

Termasuk, merangkul kelompok yang berbeda pendapat dengan pemerintah.

"Sebagai bapak, dia seharusnya berpikir bagaimana merangkul kelompok-kelompok di masyarakat," jelas Refly.

"Baik yang pro maupun yang kontra pemerintahan, terutama yang kontra."

Baca juga: Anggap FPI Kekanak-kanakan karena Pilih Ganti Nama seusai Dilarang, Pengamat: Seolah-olah Menentang

Baca juga: FPI Dilarang Beraktivitas, Keponakan Prabowo Subianto: Kita Tak Butuh Pihak yang Memecah Belah

Terkait hal itu, ia lantas menyinggung nama pimpinan FPI, Rizieq Shihab.

Menurut Refly, Jokowi seharusnya berdialoh dengan Rizieq Shihab sebelum FPI dihentikan.

"Sebagai contoh, Habib Rizieq 'meminta', kadang-kadang menantang dialog denga Presiden Jokowi," ujar Refly.

"Harusnya presiden dengan percaya diri mengajak dialog tersebut."

"Sebagai bapak mendengarkan apa yang diinginkan Habib Rizieq."

Refly lantas menyinggung soal bisikan orang-orang di sekitar Jokowi.

Ia menduga, orang-orang di sekitar Jokowi lah yang mendorong FPI dihentikan hingga Rizieq Shihab dibui.

"Tetapi barangkali nasihat orang-orang di sekitarnya mengatakan 'Tak perlu berdialog, cukup tangkap dan tahan saja'," kata Refly.

"Padahal menurut saya ada peluang kita untuk merangkul FPI ke dalam sistem bernegara yang lebih baik."

"Apalagi terahir ini mereka bicara tentang bagaimana mempertahankan pancasila, bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai pancasila," tukasnya.

Simak videonya berikut ini mulai menit ke-6.52:

Duga Adanya Motif Politik

Sebelumnya, Refly Harun menyinggung motif politik di balik penghentian kegiatan Front Pembela Islam (FPI).

Ia mengatakan, pemerintah tak boleh menganggap pihak yang tak memberi dukungan seperti musuh.

"Seperti kata George Bush 'Kalau Anda tidak mendukung saya maka Anda musuh saya'," jelas Refly Harun.

"Tidak demikian karena ada banyak alternatif pemimpin."

Baca juga: Kritik Penghentian FPI, Feri Amsari: Tidak Ujuk-ujuk Pemerintah Bisa Tunjuk Itu Bubar, Ini Jalan

Baca juga: Anggap FPI Kekanak-kanakan karena Pilih Ganti Nama seusai Dilarang, Pengamat: Seolah-olah Menentang

Refly pun berharap nasib FPI kini tak terjadi pada ormas lain di masa depan.

Pasalnya, ia menilai penghentian FPI dipengaruhi oleh faktor politik.

"Dan di masa depan tidak perlu melakukan pembubaran organisasi semacam FPI," kata Refly.

"Yang sesungguhnya lebih didasarkan pada motif politik ketimbang untuk menjaga ketentraman, kenyamanan dan keamanan masyarakat."

Refly menambahkan, FPI bukan lagi ormas kecil seperti saat pertama kali berdiri 1998 silam.

Menurut Refly, FPI kini justru sudah terlibat dalam politik sejak 2016 lalu.

Baca juga: FPI Dilarang Beraktivitas, Keponakan Prabowo Subianto: Kita Tak Butuh Pihak yang Memecah Belah

"Karena FPI yang sekarang sejak 2016 berbeda dengan FPI sebelumnya," ungkapnya.

"FPI sekarang adalah kelompok politik besar, diperhitungkan, dengan sebuah performa politik yang jauh lebih intelektual."

"Jauh lebih soft dibandingkan kelompok-kelompok sebelumnya sebagai kelompok yang masih kecil."

"Yang masih katakanlah 'Masih nakal'," lanjutnya.

Setelah 2016 lalu, ia menilai FPI sudah memiliki kemampuan politik tingkat tinggi.

Selain itu, banyak tokoh kritis yang muncul dari FPI.

"Tapi sekarang mereka memiliki pemimpin yang levelnya sudah tingkat nasional dan mampu mengumpulkan tokoh-tokoh kritis juga," jelas Refly.

"Dan mampu berdialog level intelektual, level tingkat tinggi."

Setelah dihentikan, kini FPI berganti nama menjadi Front Persatuan Islam.

Di balik nama baru FPI, Refly berharap ormas tersebut bisa menjalani politik yang lebih santun.

"Jadi kita lihat saja, yang jelas FPI sudah berubah menjadi Front Persatuan Indonesia," ujar Refly.

"Dan saya mau meng-underline bahwa Front Persatuan Islam harus menampilkan politik yang elegan, politik yang santun, politik yang mematuhi hukum." (TribunWow.com)