"Karena saking dekatnya, maka orangtua korban sudah menganggap Iin sebagai anak sendiri. Sebelum perkelahian antar keduanya terjadi," ujarnya melalui sambungan telepon, Selasa (24/11/2020).
Baca juga: Erang Kesakitan, Kamiso Pelaku Penembakan Polisi saat Dibawa Aparat: Aduh-aduh Pelan, Sakit Sekali
Awal Mula Kejadian
Diterangkan Kades, perkelahian yang dimaksud yakni karena Shinta dan Iin sempat berselisih paham soal ucapan.
Hingga keluarga pelaku tidak menerima perkataan anak korban.
"Awalnya anak pelaku yang merasa tersinggung ini mengadu ke orangtuanya, barulah kemudian keluarga mengadukan ke pemerintah Desa," ucapnya.
Setelah diadakan musyawarah antar kedua belah pihak.
Ternyata masih belum menemui titik terang sehingga kembali dilanjutkan musyawarah di Masjid Nurul Iman Desa Sungai Ceper.
"Karena musyawarah pertama gagal, maka diadakanlah musyawarah kedua yang dilakukan dimasjid Nurul Iman.
Kala itu pelaku merasa tersinggung karena dari pihak korban yang datang cuma 3 orang, sementara keluarga pelaku banyak yang datang,"
"Karena itu pelaku langsung melontarkan kata 'kalau seperti ini lebih baik tidak usah damai'. Kemudian pelaku memaki seluruhnya termasuk kami (perangkat Desa-red) dan pihak keluarga korban," ungkapnya.
Baca juga: Sosok Wanita Pemberi Perintah Penembakan Polisi di Medan, Kerap Disapa Bunda
Pelaku Tembak Korban
Selanjutnya, korban segera keluar dari masjid dan menelpon keluarga lainnya untuk datang menghadiri musyawarah tersebut.
Akan tetapi pelaku yang terlanjur tersulut emosi, kemudian ikut keluar masjid dan saat itulah terdengar suara letusan tembakan.
"Waktu itu ada suara tembakan, dan setelah saya dan warga lainnya menghampiri ternyata korban Kodir sudah tergeletak dengan bersimbah darah," ujarnya korban meninggal di lokasi kejadian.
Shinta dan Iin Ikut Kabur