Ya, Shin Tae-yong berasal dari Korea Selatan dan tentu secara tidak langsung membawa budaya asli Negeri Ginseng tersebut ke Tanah Air dan dirasakan oleh pemain timnas Indonesia yang dia latih.
Ungkapan kasar yang pernah terlontar tersebut nyatanya merupakan budaya orang Korea Selatan yang ceplas-ceplos. Salah satunya tertuang dalam istilah gapjil.
Shin Tae-yong dan "gapjil"
Melansir situs Koreatimes.co.kr, istilah gapjil mengakar di Korea Selatan hingga saat ini.
Bentuk dari gapjil seperti penyalahgunaan kekuasaan dan hak istimewa secara fisik, psikologis, atau emosional.
Mudahnya, gapjil mengacu pada situasi saat dua pihak dianggap tidak setara.
Pihak yang berada di atas (gap) menyalahgunakan kekuasaan atau kewenangannya pada pihak lain (eul/bawahan).
Sementara itu, suku kata jil adalah partikel yang ditambahkan pada akhir kata membawa makna negatif pada kata tersebut.
Baca juga: Persib Sumbang 4 Pemain ke Timnas U-19 Indonesia, Beckham Putra Sampaikan Ambisinya
Gapjil kembali menghangat dan jadi perbincangan orang Korea Selatan akhir-akhir karena perilaku kasar, baik secara verbal maupun fisik.
Pelaku gapjil tersebut seperti melecehkan atau melukai fisik seseorang yang "status"-nya di bawahnya.
Dalam hal ini, kedudukan Shin Tae-yong tentu berada di atas pemain meski sang pelatih merupakan "karyawan" dari PSSI.
Keberadaan posisi Shin membuat dia leluasa meluapkan apa yang ada di otaknya kepada anak asuhnya. Buruknya, tidak ada filter atau penyaring kata-kata yang mungkin saja melukai perasaan pemain.
Beruntungnya, Shin Tae-yong mengeluarkan emosinya secara verbal, bukan fisik.
Beruntungnya lagi, maksud Shin bagus, yakni membuat anak asuhnya seperti yang dia minta dan tujuannya adalah baik untuk timnas Indonesia ke depan.
Akan tetapi, perilaku gapjil tentunya bertolak belakang dengan budaya Nusantara dan terjadilah culture shock di timnas Indonesia.