TRIBUNWOW.COM - Ekonom senior Rizal Ramli turut menyoroti satu tahun kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di TvOne, Selasa (20/10/2020).
Rizal secara khusus menyoroti berbagai kebijakan Jokowi-Ma'ruf dalam hal ekonomi.
Baca juga: Ditanya Najwa Shihab, Maruf Amin Akui Tak Dilibatkan Jokowi Bahas Reshuffle: Saya Belum Tahu
Meskipun begitu, ia mengaku heran saat disebut pemerintahan Jokowi-Ma'ruf baru berjalan satu tahun sejak dilantik pada 20 Oktober 2019.
Pasalnya saat ini adalah periode kedua Jokowi menjabat sebagai presiden.
"Saya diundang untuk satu tahun pemerintahan. Saya juga bingung, satu tahun? Bukannya sudah enam tahun?" tanya Rizal Ramli.
"Memang satu tahun bersama Pak Ma'ruf," tambahnya.
Rizal mempertanyakan keterlibatan Wapres Ma'ruf Amin dalam berbagai pengambilan kebijakan.
Diketahui wapres sekaligus tokoh agama tersebut memang lebih jarang tampil di depan publik dibandingkan Jokowi.
"Cuma Bapak Wakil Presiden kita ini antara ada dan tiada. Kayak pelengkap doang," komentar Rizal.
Maka dari itu, ekonom senior ini lebih memilih penyebutan tahun ini sebagai tahun keenam Jokowi menjabat.
"Jadi enggak bisa dihindari, kita memang harus analisis pemerintahan Jokowi tahun keenam," tambah mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia itu.
Baca juga: Ingatkan Jokowi Dipilih karena Nawacita, YLBHI Sindir Kasus HAM: Orang Bisa Mati tanpa Penjelasan
Rizal Ramli kemudian menyinggung situasi ekonomi di Indonesia.
Menurut dia, sejak tahun lalu memang ada indikasi pertumbuhan ekonomi akan terus menurun.
Ia menyebutkan sejumlah ahli ekonomi sudah mewanti-wanti Jokowi terkait indikasi tersebut.
"Dalam tahun keenam ini, di luar sebelum Covid, sebetulnya sudah ada berbagai indikasi ekonomi itu merosot sejak satu setengah tahun yang lalu," kata mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut.
"Kami berkali-kali katakan, awas lampu kuning, lampu merah karena primary balance itu negatif," terang Rizal.
"Artinya buat bayar bunga utang saja harus ngutang karena defisit tadinya negatif, dan sebagainya," lanjut dia.
Rizal menyebutkan situasi ekonomi di Indonesia memang diprediksi akan melemah sekalipun tidak ada pandemi.
Ia lalu membandingkan dengan masa jabatannya sebagai Menko Bidang Perekonomian pada 2000-2001.
"Tax ratio termasuk paling rendah. Zaman saya menko, tax ratio GDP itu 11,5 persen. Hari ini 2019 10 persen, tahun ini mungkin karena Covid 8 persen," jelas Rizal Ramli.
Lihat videonya mulai dari awal:
Penjelasan Ma'ruf Amin soal Jarang Tampil di Depan Publik
Wakil Presiden Maruf Amin menanggapi isu dirinya jarang tampil di publik dibandingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, hal itu terungkap dalam tayangan Catatan Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, diunggah Selasa (20/10/2020).
Diketahui peran Ma'ruf Amin dalam satu tahun pemerintahan ini kerap dipertanyakan.
Baca juga: Termasuk UU Cipta Kerja, 3 Kebijakan Kontroversial Ini Warnai Setahun Masa Pemerintahan Jokowi-Maruf
Hal itu kemudian disinggung Najwa Shihab, termasuk pertanyaan publik yang membandingkan Ma'ruf dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
"Rasanya ada semacam persepsi di publik bahwa peran wapres di duet Jokowi-Ma'ruf ini tidak terlalu menonjol, bahkan mungkin sejauh tidak terlihat," singgung Najwa Shihab.
"Persepsi yang kemudian muncul mungkin karena membandingkan dengan periode yang lalu, dengan wapres terdahulu atau situasi terdahulu. Apakah Bapak menangkap ada suara-suara mempertanyakan ke mana ini Pak Wapres?" lanjutnya.
Menanggapi hal itu, Ma'ruf hanya menilai isu semacam itu hanya persepsi yang salah di masyarakat.
"Mungkin soal persepsi, saya kira. Kalau tidak saya bilang itu mispersepsi," jawab Ma'ruf Amin.
Tokoh agama tersebut menilai memang pekerjaannya tidak selalu harus ditunjukkan ke publik.
Baca juga: Refly Harun Ungkap Beda Nasib Jokowi dengan Maruf Amin: Kritik ke Presiden Tak Sampai ke Wakilnya
Ma'ruf berpendapat hal yang lebih penting adalah tugasnya dalam membantu pekerjaan presiden.
"Sebab orang melihat itu bekerja atau tidak bekerja hanya dari statement, pernyataan ke publik. Padahal tidak semua pekerjaan itu harus di-statement kepada publik," kata Ma'ruf.
"Tetapi dikerjakan, memberikan bantuan support, memberikan solusi, memberikan pandangan yang kemudian menjadi satu kebijakan bersama," tambah ulama tersebut.
Mantan Dewan Pertimbangan Presiden ini menambahkan, masyarakat cenderung menilai kinerja seseorang dari banyaknya penampilannya di publik.
Ma'ruf mengakui dirinya memang jarang tampil, sehingga terkesan kerap absen dari posisinya sebagai wapres.
"Sementara orang itu melihatnya memang dilihat dari banyaknya statement. Saya itu 'kan memang tidak begitu banyak statement," tutur mantan Ketua MUI ini.
"Saya berprinsip ada yang harus di-statement, ada yang harus dikerjakan tidak perlu di-statement-kan," tambah dia.
Ma'ruf melanjutkan, muncul atau tidak dirinya di hadapan masyarakat hanya terkait prinsip saja, serta tidak ada kaitan dengan penilaian terhadap kinerjanya.
"Itu pola kerja seseorang mungkin berbeda. Itu saya kira persepsi saja," tandas wapres. (TribunWow.com/Brigitta)