TRIBUNWOW.COM - Pakar politik Adi Prayitno menganalisis demo tolak omnibus law Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) di Jakarta yang berujung ricuh.
Dilansir TribunWow.com, hal itu terungkap dalam Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Senin (12/10/2020).
Diketahui demo yang dilakukan di depan Istana Negara dan gedung DPR tersebut berujung pengrusakan fasilitas umum oleh sejumlah oknum pendemo.
Baca juga: Hendak Beli Makan, Dosen Dianiaya Polisi karena Dikira Sempat Ikut Demo: Saya Mengira Itu Ajal Saya
Menanggapi hal itu, Adi menilai perlu ditetapkan bukti valid bahwa memang ada kelompok yang menginisiasi kerusuhan setelah demo.
"Kalau tidak ada bukti-bukti yang valid soal siapa dalang kerusuhan ini, tentu tidak bisa digeneralisasi ini ada aktornya," komentar Adi.
"Tetapi sudah ada indikasi, ada investigasi yang mengarah bahwa sebenarnya ada orang yang memulai melakukan perusakan-perusakan itu," lanjutnya.
Ia menilai tidak perlu mengusut orang yang mengaku menyuruh demo.
Sebagai contoh kisah-kisah viral dosen yang mendukung mahasiswanya berdemo dengan menjanjikan nilai A atau memfasilitasi konsumsi.
Adi menilai hal-hal semacam ini tidak menjadi soal yang genting untuk diselidiki.
"Maka yang perlu diusut itu yang kedua. Ketika ada orang yang menyuruh menyediakan fasilitas untuk melakukan tindakan anarkis yang merusak karena inkonstitusional," ungkitnya.
Menurut Adi, perilaku anarkis yang brutal itu lahir dari segelintir orang yang diduga memobilisasi demo.
Ia menegaskan fakta ini yang harus diusut pihak aparat keamanan.
Baca juga: Buru Dalang Rusuh Demo UU Cipta Kerja di Jakarta, Polisi Lacak Video di Medsos: Ini Bukan Buruh
Selain itu, Adi menyinggung kemungkinan ada kepentingan yang berupaya menunggangi aksi demo.
"Yang ketiga, yang perlu dilacak adalah adanya free rider. Ada orang yang memang sengaja digerakkan di luar komunitas demonstrasi ini yang tujuannya mengacau, membikin keributan, membuat delegitimasi kepada pemerintah dan juga merusak aktivitas demo sebagai gerakan moral," singgungnya.
Adi meyakini memang ada 'kelompok perusuh' di luar mahasiswa dan buruh yang murni menyampaikan aspirasi melalui unjuk rasa.