Yusri menuturkan, pengamanan para pendemo itu dilakukan guna mengantisipasi adanya kelompok-kelompok anarko yang menunggangi demo penolakan UU Cipta Kerja di Jakarta.
"Sebelum dilakukan adanya demo, memang kita melakukan razia," ujarnya.
Berdasarkan penjelasan Yusri, orang-orang yang diciduk berasal dari sejumlah daerah luar Jakarta, seperti Purwakarta, Karawang, Bogor, dan Banten.
Orang-orang yang ditangkap diketahui memang pergi ke Jakarta untuk melakukan kerusuhan.
"Dari mana kita bisa lihat itu? Dari beberapa bukti-bukti handphone, dan juga keterangan-keterangan yang kita terima dari mereka-mereka semua setelah kita amankan," papar Yusri.
"Total 1.192, mereka tidak mengerti dan bukan dari kelompok buruh yang memang akan menyuarakan," sambungnya.
Yusri melanjutkan, dari ribuan demonstran tersebut, sebagian besar justru diisi oleh para pelajar STM yang berniat melakukan kerusuhan saat demo.
"Tetapi ada kelompok-kelompok sendiri yang datang ke sana memang untuk melakukan perusuhan, bahkan didominasi oleh anak-anak sekolah, anak-anak STM," terangnya.
"Dia tidak tahu apa itu Undang-Undang Cipta Kerja."
"Yang dia tahu ada undangan untuk datang, disiapkan kereta api (tiket), disiapkan truk, disiapkan bus, kemudian nantinya akan ada uang makan untuk mereka semua," lanjut Yusri.
Ia mengatakan dari ribuan pendemo yang ditangkap, 34 di antaranya reaktif Covid-19.
Kini ke-34 orang itu sedang diisolasi di Wisma Atlet sembari menunggu hasil tes swab.
Apabila positif maka ke-34 orang itu akan dilakukan karantina, seusai dengan peraturan protokol kesehatan yang berlaku. (TribunWow.com/Brigitta/Anung)