Terkini Internasional

Ayah yang Bunuh Menantunya di Kedai Kopi karena Tak Terima Putrinya Diselingkuhi Divonis 8,5 Tahun

Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tan Nam Seng terlihat berdiri tenang di depan mayat menantunya Spencer Tuppani di sebuah kedai kopi di Jalan Boon Tat, kawasan bisnis Singapura. Tan membunuh Tuppani pada siang bolong, 10 Juli 2017.

Tuppani mencoba meyakinkan mertuanya, kalaupun perceraian harus terjadi dia tidak akan meminta hak asuh anak.

Kesabaran Tan akhirnya habis ketika dia dan putrinya hanya mendapatkan separuh uang dari hasil penjualan perusahaan yang dipimpinnya.

Tuppani adalah sosok yang mendesak Tan untuk menjual perusahaan yang dirintis dengan susah payah pada tahun 1974 oleh Tan.

Adapun alasan penjualan karena kondisi keuangan perusahaan yang tidak begitu sehat.

Tan yang mengakui kemampuan berbisnis Tuppani, memilih mempercayakan segalanya kepada si menantu.

Tan semakin yakin bahwa sejak awal Tuppani telah merencanakan untuk menceraikan putrinya, merebut kendali perusahaan, dan mengambil hak asuh anak.

Kondisi kesehatan fisik dan mentalnya merosot dan dia mengalami susah tidur.

Vonis 2 Eksekutor Pembunuhan Hakim PN Medan Jamaluddin Diperberat Jadi Hukuman Mati

Kronologi pembunuhan berdarah yang dingin

Pada siang hari, Tan sedang dalam perjalanan menuju ke kantornya ketika dia melihat menantu sedang makan siang di kedai kopi di Jalan Boon Tat.

Setibanya di kantor, pelaku menuju ke dapur mengambil sebuah pisau.

Sesampainya di kedai kopi Tan menghampiri Tuppani dan berkata, “Kamu memang keterlaluan.”

Tak lama kemudian dia mengeluarkan pisau dari tas dan menghunuskannya ke dada korban tiga kali.

Tuppani sempat coba berlari dengan luka tusuk di dadanya, tapi akhirnya jatuh pingsan di restoran sebelah dan meninggal dunia di tempat.

Tan kemudian menendang wajah menantunya itu dua kali dan menghalau kerumuman yang kaget bukan kepalang melihat apa yang baru terjadi.

Pengusaha perkapalan itu memberitahu kerumunan, "Ini menantu saya, tidak perlu tolong dia, dia pantas mati."

Halaman
123