TRIBUNWOW.COM - Kabid Humas Polda Banten Kombes Edy Sumardi Priadinata mengungkapkan fakta pembunuhan seorang anak kelas 1 SD berusia 8 tahun yang ditemukan jenazahnya di Lebak, Banten.
Dilansir TribunWow.com, hal itu terungkap dalam tayangan Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Selasa (15/9/2020).
Diketahui sebelumnya pasangan suami berinisial IS (27) dan istrinya LH (26) menjadi tersangka penganiayaan yang mengakibatkan putrinya tewas.
• Motif Ayah Sempat Lapor Kehilangan Anak yang Dianiaya Istri di Banten: Sudah Berpikir Bakal Ketahuan
Penganiayaan itu terjadi pada 26 Agustus 2020 lalu di sebuah rumah kontrakan di Kecamatan Larangan, Kota Tangerang.
Menurut Edy, motif penganiayaan tersebut adalah karena sang anak tidak kunjung paham saat belajar secara daring (online).
Setelah tewas, pasangan itu membawa jenazah putrinya ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Gunung Keneng, Lebak, Banten.
"Pada saat itu anak dan istri itu berada di sepeda motor di depan TPU, menunggu pada tanggal 26 Agustus 17.00 WIB tersebut," jelas Edy Sumardi.
"Sehingga diduga itu tempatnya sepi dan jauh dari pemukiman," tambah dia.
Ia menuturkan jarak antara rumah dengan lokasi pemakaman itu kurang lebih tiga jam.
Sesampainya di TPU, IS meminjam cangkul pada warga yang tinggal 300 meter dari TPU untuk menguburkan anaknya.
• Pengakuan Ibu yang Aniaya Anak karena Susah Belajar Online: Suami Saya Nolak, Saya Yakinkan Dia
"Jadi memang sambil berjalan, sambil mencari tempat yang diduga aman, dapatlah TPU yang kecamatannya jauh tersebut. Sehingga dari TPU ke tempat dia pinjam cangkul itu jaraknya 300 meter baru dia ketemu rumah," kata Edy.
Pemakaman itu sendiri dilakukan sekitar pukul 17.30-18.15 WIB.
Warga yang dipinjami cangkul tidak merasa curiga karena alasan yang dibuat IS.
Selain itu, sang istri dan anaknya yang telah tewas menunggu di depan TPU, sehingga tidak diketahui warga tersebut.
"Jadi tersangka IS meminjam cangkul kepada seorang ibu yang berada di rumah tersebut. Meminjam cangkul dengan alasan untuk memakamkan kucing anggoranya yang meninggal, baru saja mati," tutur Edy.
"Si ibu tidak curiga karena datangnya si tersangka sendiri, kedua seperti muka kelelahan," lanjutnya.
"Karena rasa iba dan sudah agak sore, si pemilik cangkul tidak menanyakan lebih dalam," tambah Edy.
Lihat videonya mulai menit 6:00
Ayah Sempat Buat Laporan Kehilangan Anak
Seorang ayah berinisial IS (27) mengungkapkan alasannya melaporkan kehilangan putrinya yang berusia 8 tahun, padahal dibunuh istrinya sendiri yang berinisial LH (26).
Dilansir TribunWow.com, pengakuan sang ibu kemudian terungkap dalam tayangan di kanal YouTube Kompas TV, diunggah Selasa (15/9/2020).
Diketahui penganiayaan itu terjadi pada 26 Agustus 2020 lalu di sebuah rumah kontrakan di Kecamatan Larangan, Kota Tangerang.
• Pengakuan Ibu yang Aniaya Anak karena Susah Belajar Online: Suami Saya Nolak, Saya Yakinkan Dia
Setelah LH menganiaya bertubi-tubi, IS sempat marah kepada istrinya dan berinisiatif membawa korban keluar dari rumah.
Ia beralasan agar putrinya yang kelas 1 SD itu dapat menghirup udara segar dan kembali sehat.
Namun saat berboncengan motor, tidak lama putrinya tewas.
Pasangan suami istri itu lalu menguburkan korban di TPU Gunung Keneng, Banten.
IS mengaku sempat membuat laporan kehilangan anak untuk mengelabui polisi.
"(Saya) melapor surat kehilangan anak saya. Tujuannya satu, biar ibarat kehilangan," papar IS.
Ia membenarkan laporannya itu bertujuan agar tindak kejahatannya tidak diketahui polisi.
Meskipun begitu, IS sudah khawatir perbuatannya dengan istri akan segera ketahuan.
"Sebelum itu sih, udah berpikiran bakal ketahuan juga," tuturnya.
Ia membenarkan melapor ke polsek setempat untuk mengelabui kepolisian dan menghindari alibi korban mati akibat penganiayaan dari orang tua sendiri.
• Terungkap Motif Orangtua di Banten Bunuh dan Kubur Anak Kandung di TPU: Susah Diajari Belajar Online
Dalam tayangan yang sama, Kabid Humas Polda Banten Kombes Edy Sumardi Priadinata mengonfirmasi pembunuhan sadis tersebut.
Ia membenarkan motif pembunuhan adalah karena sang ibu kesal anaknya tak kunjung paham pelajaran melalui media daring (online).
"Pemeriksaan yang dilakukan oleh Kasat Reskrim Polres Lebak, motif dari ibu korban adalah murni karena kesal, karena berulang pelatihan media daring tapi tidak mampu," terang Edy Sumardi.
Penganiayaan itu bahkan dilakukan berkali-kali dengan cara yang berbeda.
"Sehingga yang bersangkutan kesal dan melakukan penganiayaan secara fisik, dengan tangan kosong awalnya," paparnya.
"Mencubit, memukul dengan tangan kosong. Sehingga akhirnya menggunakan gagang sapu karena setelah dilakukan penganiayaan pun masih berulang tak mampu, karena sang anak di bawah tekanan," jelas Edy. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)